Wakil Menteri Investasi dan Hilirisasi/Wakil Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Todotua Pasaribu mengungkapkan untuk mencapai target pertumbuhan ekonomi sebesar 8%, Indonesia membutuhkan realisasi investasi sebesar Rp13.528 triliun dalam lima tahun ke depan.
Todotua menyampaikannya dalam Forum Diskusi kolaborasi dengan CNN bertema "Strategi Investasi Membangun Ekonomi Berkelanjutan" pada Selasa (20/11/2024).
Baca Juga: 3 Wamen BUMN Dapat Tugas Baru dari Erick Thohir, Ini Rinciannya
Ia menekankan target investasi ini juga diharapkan mampu menciptakan lapangan kerja bagi 3,74 juta orang, yang menjadi fokus utama kementeriannya untuk mendukung pertumbuhan ekonomi berkelanjutan.
“Ada tiga fundamental utama berbicara mengenai pertumbuhan ekonomi 8%, yang pertama adalah bagaimana kita bisa menggenjot investasi dan khususnya juga dalam konteks hilirisasi, yang kedua adalah kita berbicara terhadap konsep pelaksanaan digitalisasi, tentunya ini adalah konsep bagaimana mempermudah ekonomi dan realisasi investasi, dan yang ketiga satu hal yang tidak kalah penting adalah kita juga berbicara mengenai green economy fund,” jelas Todotua, dikutip dari siaran pers BKPM, Senin (25/11).
Dalam pemaparannya, Todotua menjelaskan bahwa Asta Cita Presiden Prabowo menempatkan hilirisasi sebagai salah satu prioritas strategis untuk mendorong ekonomi berkelanjutan. Upaya ini diarahkan untuk meningkatkan kemandirian bangsa melalui swasembada pangan, energi, air, ekonomi hijau, dan ekonomi biru. Selain itu, pengembangan industri kreatif, penciptaan lapangan kerja berkualitas, serta penguatan kewirausahaan menjadi bagian integral dari strategi ini.
Todotua juga menyoroti pentingnya pembangunan sumber daya manusia yang unggul, termasuk di bidang sains, teknologi, pendidikan, kesehatan, kesetaraan gender, serta pemberdayaan perempuan, pemuda, dan penyandang disabilitas.
Menurut Todotua, sebagian besar visi dari Asta Cita ini berkaitan erat dengan tugas dan kewenangan Kementerian Investasi dan Hilirisasi/BKPM, terutama dalam melanjutkan agenda hilirisasi dan industrialisasi untuk meningkatkan nilai tambah di dalam negeri. Upaya ini menjadi landasan bagi pembangunan ekonomi berkelanjutan yang memberikan manfaat langsung kepada masyarakat.
“Bagaimana kita mau mengarahkan pemanfaatan terhadap sumber daya alam sehingga memberikan added value yang jauh lebih besar, untuk pencapaian penambahan revenue negara dan juga untuk kita bisa menggenjot pertumbuhan negara,” tambah Todotua.
Lebih lanjut, Kementerian Investasi dan Hilirisasi/BKPM telah menyusun peta jalan hilirisasi untuk 28 komoditas strategis di delapan sektor utama. Peta jalan ini menawarkan potensi investasi senilai USD 618,1 miliar yang diperkirakan mampu menciptakan lapangan kerja untuk lebih dari 3 juta orang, serta meningkatkan kontribusi terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) hingga USD 235,9 miliar.
Todotua juga mengungkapkan bahwa Kementerian telah menetapkan sembilan program quick wins untuk mendorong investasi dan mendukung hilirisasi. Program ini mencakup optimalisasi insentif fiskal seperti tax holiday, integrasi sistem digital antar-kementerian, dan pengembangan kawasan investasi strategis.
Selain itu, Kementerian juga berfokus pada penyelesaian hambatan investasi, termasuk mengatasi permasalahan pada lima perusahaan dengan nilai total Rp556 triliun. Program ini diharapkan dapat memberikan kepastian berusaha dan meningkatkan daya tarik Indonesia sebagai tujuan investasi global
Sejalan dengan Wakil Menteri Investasi dan Hilirisasi, Direktur CNN Indonesia Desi Anwar menyampaikan kunci dapat tercapainya target pertumbuhan ekonomi 8%, serta 0% kemiskinan ada di investasi dan hilirisasi. Hal ini menjadi suatu tantangan khususnya bagi Kementerian Investasi dan Hilirisasi untuk dapat menggaet masuk minat investasi.
“Forum ini penting bagaimana kita mencapai target pertumbuhan pembangunan sesuai dengan yang diinginkan tapi tanpa merusak alam, sustainable, dan berkesinambungan, ini merupakan suatu tantangan yang juga lebih penting lagi dari mana kita bisa mendapatkan investasinya,” tegas Desi.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Ulya Hajar Dzakiah Yahya
Editor: Ulya Hajar Dzakiah Yahya
Advertisement