Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Perang Malah Bikin Pengusaha Ini Sukses Bangun Kerajaan Supermarket Dunia, Intip Kisahnya!

Perang Malah Bikin Pengusaha Ini Sukses Bangun Kerajaan Supermarket Dunia, Intip Kisahnya! Kredit Foto: Akun X @DDNewslive
Warta Ekonomi, Jakarta -

Yusuf Ali merupakan salah satu pengusaha sukses di dunia yang tidak biasa karena mempunyai sifar jujur, tulus, ikhlas yang menjadi kunci kejayaan dan kekayaannya, pasalnya sebagaian pengusaha biasanya identik dengan sifat yang cenderung mementingkan diri sendiri.

Pria bernama lengkap Yusuff Ali Musaliam Veettil Abdul Kader asal India dan beragama Muslim itu memiliki kekayaan mencapai US$7,4 miliar atau tembus Rp116,04 triliun (kurs Rp15.682 per dolar AS) dan menduduki peringkat orang terkaya nomor 411 di dunia dan 27 di negaranya sendiri.

Baca Juga: Dari Mark Zuckerberg hingga Bill Gates, Ini 7 Pengusaha Sukses Global dengan Bisnis Andalannya

Ketika muda ia bercita-cita menjadi pengacara, namun dirinya malah terlibat aktif berbisnis bersama orang tuanya karena latar belakang keluarganya sebagai pengusaha.

Ali menjalankan bisnis toko kelontong saat rema bersama ayahnya sambil bersekolah hingga mendapat gelar diploma di bidang Manajemen dan Administrasi Bisnis.

Kemudian pada 1973 ia bermigrasi ke Abu Dhabi demi mewujudkan mimpinya menjadi pengusaha sukses dimulai engan bekerja di sebuah perusahaan distribusi produk makanan beku dan lainnya yang dikelola M.K Abdullah, paman dari pihak ayahnya.

Di sana, ia sering ditugaskan ke beberapa negara seperti Hong Kong, Australia dan Singapura, sehingga banyak belajar soal karakter konsumen, ciri mereka, dan cara menembusnya. Juga belajar mengenai pasar, rantai pasok dalam peredaran barang kebutuhan pokok.

Ali kemudian membangun kerajaan bisnis sendiri, dirinya membuka supermarket pertamanya bernama Lulu Hypermarket di Abu Dhabi pada usia 34 tahun dengan menawarkan erbagai macam produk, mulai dari bahan makanan hingga barang elektronik, dengan harga yang kompetitif dan standar baru bagi ritel di wilayah tersebut.

Ia bertekad ingin melampaui bisnis grosir tradisional karena adanya kesenjangan di pasar gerai ritel berkualitas yang melayani populasi ekspatriat yang terus bertambah di UEA.

Gerai ritel berkualitas yang melayani ekspatriat di UEA saat itu belum banyak, ia pun melihatnya sebagai peluang bisnis dan menawarkan sesuatu baru bagi masyarakat UEA, yaitu menjual produk beragam mulai dari bahan makanan hingga barang elektronik dengan harga kompetitif, ini menjadi titik balik dalam bisnisnya.

Momentum Perang Teluk pun tak menghalangi niatnya dalam meluncurkan Lulu Hypermarket dan tetap berinvestasi dan berkeyakinan selalu ada peluang di tengah tantangan.  Benar saja, imbas perang, perekonomian UEA berada dalam kesulitan serius.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Ulya Hajar Dzakiah Yahya
Editor: Ulya Hajar Dzakiah Yahya

Tag Terkait:

Advertisement

Bagikan Artikel: