Bos OJK Sentil Bank Konvensional yang Selalu Berada di Zona Nyaman

Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Mahendra Siregar, menegaskan bahwa industri perbankan Indonesia tidak bisa lagi mengandalkan sistem yang konvensional dan mapan.
Dalam peluncuran OJK Infinity 2.0, Mahendra menekankan pentingnya meninggalkan zona nyaman demi membangun ekosistem pembiayaan yang lebih adaptif terhadap kebutuhan zaman.
“Standar operasional industri perbankan kita sudah baik, tapi itu tak lagi cukup. Inovasi adalah keharusan. Kita harus membentuk ekosistem baru, bukan hanya mengatur yang sudah ada,” ujar Mahendra, Kamis (24/4/2025).
Baca Juga: Kemenekraf dan OJK Sinergi Dorong Ekonomi Kreatif Lewat Inovasi Pendanaan
Ia menyebut sistem pembiayaan tradisional tidak mampu mengakomodasi dinamika sektor-sektor baru seperti startup, UMKM digital, dan industri kreatif. Menurutnya, pendekatan perbankan saat ini masih terlalu terpaku pada penilaian kelayakan kredit besar (Eurocredit), yang membuat sektor inovatif terus terpinggirkan.
Mahendra menyoroti perlunya peran lebih besar dari mekanisme sandbox atau wadah pengujian inovasi keuangan digital, serta pemanfaatan aggregator keuangan dan sistem Enterprise Resource Planning (ERP) untuk menyatukan rantai pasok industri secara digital dan terintegrasi.
“Kalau kita paksakan pembiayaan konvensional ke sektor baru, hasilnya adalah kegagalan. Kita butuh model pembiayaan yang fleksibel dan berani menantang pakem lama,” tegasnya.
Ia menyebut sektor ekonomi kreatif justru menjadi pionir dalam membangun rantai ekonomi digital, meskipun memiliki banyak keterbatasan. Mulai dari produksi, distribusi, hingga konsumsi, pelaku industri kreatif dinilai lebih adaptif dibandingkan bank-bank besar.
Mahendra bahkan menyindir bahwa perbankan seharusnya meniru ketangguhan adaptif para pelaku industri kreatif.
Dengan tekanan global, percepatan teknologi, dan perubahan gaya hidup masyarakat, Mahendra menilai dunia perbankan sedang diuji. Ia memberi sinyal tegas bahwa institusi yang enggan berubah akan tergilas.
“Kita perlu pendekatan baru, cara pandang baru. Tidak bisa ada satu solusi untuk semua. Yang kita butuhkan sekarang adalah keberanian untuk mendobrak,” ucapnya.
Baca Juga: Dari Game hingga Kripto: Ini Gebrakan OJK Lewat Infinity 2.0
Ia mengklaim peluncuran OJK Infinity 2.0 menjadi awal dari era baru sistem keuangan Indonesia yang inklusif, digital, dan tidak takut berubah.
“Peresmian OJK Infinity 2.0, yang ditandai dengan prosesi digital peluncuran, bukan sekadar seremoni. Inisiatif ini menjadi simbol komitmen OJK dalam mengembangkan ekosistem keuangan yang mendorong kreativitas, kolaborasi lintas sektor, dan digitalisasi total,” jelasnya.
Ia menyebut program ini sebagai respons terhadap kenyataan bahwa banyak pelaku usaha kecil, kreator muda, hingga komunitas agribisnis kesulitan mengakses pendanaan akibat sistem penilaian kuno yang tidak relevan.
“Perbankan bukan lagi sekadar soal bunga dan agunan. Ini soal keberanian melihat masa depan dan mendanainya,” ujar Mahendra.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Uswah Hasanah
Editor: Annisa Nurfitri
Tag Terkait:
Advertisement