Dikutip dari Laporan Akhir Penyusunan Roadmap Pengurangan Emisi GRK dan Pemanfaatan LCPKS pada Perkebunan dan Industri Minyak Kelapa Sawit dari Pusaka Kalam di tahun 2024, tercatat biaya operasional LA jauh lebih menguntungkan dibandingkan Non-LA. Keuntungan operasional ini mencapai Rp 2.928.236/hektare hingga Rp 5.478.738/hektare.
“Dengan manfaat di atas pemanfaatan sumber daya LCPKS pada akhirnya meningkatkan pendapatan nasional Indonesia dan mendukung target Pertumbuhan ekonomi 8 persen dari Presiden Prabowo Subianto,” ucap Eddy.
Baca Juga: Mubadala Energy dan Pupuk Iskandar Muda Kolaborasi Pemanfaatan Gas South Andaman
Maka dari itu, untuk mencapai hal tersebut, pihaknya menyarankan agar terjalin kolaborasi antara kementerian/lembaga terkait untuk memanfaatkan sumber daya dan potensi LCPKS yang melimpah di Indonesia. Pasalnya, penggunaan pupuk sintetis juga mengakibatkan jejak karbon yang lebih tinggi. Baik dari proses produksi pupuk, hingga aplikasi di lapangan.
Jika penggunaan pupuk sintetis berkurang, dampaknya akan signifikan. Mulai dari penurunan biaya operasional yang berdampak pada indeks kinerja dan harga tandan buah segar (TBS) petani yang lebih baik. sebabnya, hal tersebut menyebabkan biaya operasional menurun.
Baca Juga: Aturan Baru Pupuk Bersubsidi Tengah Digodok, Distribusi dan Tata Kelola Pertanian Bakal Lebih Adil
Lebih lanjut, pihaknya mengaku siap dan berkomitmen untuk berkontribusi dalam penyusunan peta jalan atau road map pengurangan emisi gas rumah kaca di industri kelapa sawit termasuk memberikan usulan kajian naskah akademik untuk memperbarui segala aturan yang ada serta merombaknya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Uswah Hasanah
Editor: Aldi Ginastiar
Advertisement