PT Merdeka Battery Materials Tbk (MBMA) membukukan pertumbuhan kinerja mengesankan sepanjang Januari-September 2024 (Q3), yang ditopang oleh ekspansi produksi dan inisiatif peningkatan efisiensi.
Berdasarkan laporan keuangan per 30 September 2024, pendapatan MBMA tercatat mencapai US$1,38 miliar atau tumbuh signifikan sebesar 58% secara tahunan (year-on-year) dan laba bersih sebesar US$60 juta atau meroket 123% secara tahunan. Adapun, EBITDA (Earning Before Interest, Taxes, Depreciation, and Amortization) dan laba bersih sebesar US$114 juta dan US$60 juta atau masing-masing melonjak 78% dan 124% secara tahunan.
Baca Juga: Saratoga Investama Keruk 53,36 Juta Saham Merdeka Copper (MDKA), Segini Dana yang Dikeluarkan
Deny Greviartana Wijaya, Corporate Secretary PT Merdeka Battery Materials Tbk, menjelaskan bahwa pendorong lonjakan kinerja tersebut adalah kenaikan produksi limonit dari tambang nikel PT Sulawesi Cahaya Mineral (PT SCM) serta produksi nickel pig iron (NPI) dan high-grade nickel matte (HGNM).
Sepanjang 9 bulan pertama tahun ini, tambang SCM memproduksi limonit sebesar 6,7 juta wet metric tonnes (WMT), 176% lebih tinggi dari produksi 9 bulan pertama 2023. Pada periode yang sama, SCM memproduksi 1,9 juta WMT saprolit, atau 113% lebih tinggi dari periode yang sama pada tahun sebelumnya. Selain itu, smelter RKEF (Rotary Kiln-Electric Furnace) menghasilkan 63.338 ton nikel dalam NPI, sedangkan pabrik nickel matte memproduksi 38.422 ton nikel dalam HGNM.
“Pada kuartal III/2024, seiring dengan upaya optimalisasi dan mobilisasi kontraktor tambang baru, volume produksi bijih limonit dan saprolit melonjak sebesar 130% dan 360% di bandingkan kuartal III/2023. Hal ini menetapkan landasan yang kuat untuk pertumbuhan volume produksi signifikan di 2025 untuk memenuhi kebutuhan operasi RKEF dan HPAL kami. Proyek Acid, Iron, Metals (AIM) serta pabrik HPAL (High Pressure Acid Leach) telah dalam tahap commissioning dan siap untuk berproduksi penuh di 2025. Berlandaskan portfoilio aset dengan biaya rendah dan berkualitas tinggi dikombinasikan dengan permodalan yang kuat, MBMA kini pada posisi kuat untuk menciptakan nilai lebih bagi pemegang saham, didukung prospek pertumbuhan jangka panjang yang kuat,” tutur Deny.
Dari sisi EBITDA, Deny mengatakan bahwa kenaikan EBITDA terutama ditopang oleh bisnis pengolahan nikel, yaitu NPI senilai US$76 juta, HGNM senilai US$ 28 juta, dan limonit senilai US$29 juta, dikurangi dengan biaya lainnya senilai US$18 juta, termasuk biaya korporasi.
Selain kenaikan produksi dan penjualan, kinerja positif MBMA sepanjang 9 bulan pertama tahun ini juga didukung oleh upaya Perseroan untuk menurunkan biaya produksi, meningkatkan infrastruktur pendukung, dan melakukan perawatan rutin smelter untuk meningkatkan efisiensi dan tingkat keamanan operasional.
Sebagai contoh, cash cost tambang SCM dapat diturunkan dari US$7 per WMT pada kuartal kedua menjadi US$6 per WMT pada kuartal ketiga 2024. Penurunan biaya ini didukung oleh mobilisasi kontraktor tambang baru. Cash cost diyakini dapat terus diturunkan seiring dengan kenaikan volume produksi dan optimisasi infrastruktur.
Baca Juga: Wall Street Anjlok, Keputusan The Fed Ubah Paksa Dinamika Pasar Saham AS
Selain itu, sepanjang 9 bulan pertama tahun ini, cash cost untuk NPI turun menjadi US$10.387 per ton dari $12.775 per ton pada 9 bulan pertama 2023, menempatkan cash cost di posisi bawah target rentang US$10.000-US$11.000 untuk 2024.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Rahmat Dwi Kurniawan
Editor: Aldi Ginastiar
Tag Terkait:
Advertisement