- Home
- /
- New Economy
- /
- Energi
Bawa Update Ekspor Freeport, Bahlil Tegaskan Keputusan Akhir Ada di Tangan Prabowo
Tarik ulur terkait izin ekspor konsentrat PT Freeport Indonesia (PTFI) terus berlanjut. Masalah ini muncul akibat smelter baru PTFI di Java Integrated Industrial and Port Estate (JIIPE), Gresik, yang belum dapat beroperasi penuh setelah mengalami kebakaran pada Oktober 2024.
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia mengonfirmasi bahwa PTFI telah mengajukan izin ekspor untuk 2025. Saat ini, Kementerian ESDM bersama Kementerian Koordinator Perekonomian dan pihak terkait lainnya sedang membahas hal tersebut.
“Freeport sudah ajukan untuk 2025 dan kami dari Kementerian ESDM lagi membahas. Sudah dilakukan rapat dengan Kemenko, karena ini lintas kementerian,” ujar Bahlil dalam konferensi pers di Jakarta, Senin (7/1/2025).
Bahlil menyebutkan bahwa keputusan final akan diambil oleh Presiden Prabowo Subianto setelah menerima laporan dari hasil pembahasan tersebut. Keputusan ini dipastikan mempertimbangkan kepentingan nasional dan keberlanjutan operasi PTFI.
Baca Juga: Bahlil Tak Terima Alasan Freeport Soal Smelter Gresik, Target Juni Jadi Harga Mati!
“Dan kami akan menunggu hasilnya, tinggal kami laporkan kepada Bapak Presiden. Apapun keputusannya, pasti pertimbangannya lebih baik untuk Freeport dan untuk negara,” tegasnya.
Smelter baru PTFI sebelumnya diresmikan oleh Presiden Joko Widodo pada 23 September 2024. Namun, insiden kebakaran pada 14 Oktober 2024 menyebabkan kerusakan serius pada komponen teknisnya. Perbaikan diperkirakan selesai pada Mei atau Juni 2025, lebih cepat dari rencana awal pada Agustus 2025.
"Kemarin saya sudah rapat sama Freeport, saya minta untuk dipercepat. Awalnya itu kan mereka bikin (putusan) di Bulan 8, tapi sekarang kita tarik ke Mei-Juni," kata Bahlil.
Sementara, Deputi Bidang Koordinasi Energi dan Sumber Daya Mineral Kementerian Koordinator Perekonomian, Elen Setiadi, menambahkan bahwa smelter baru ini diperkirakan hanya mencapai 40% kapasitas maksimal pada Juli 2025. Padahal, kapasitas penuh smelter dirancang untuk mengolah hingga 1,7 juta ton konsentrat per tahun.
Baca Juga: ESDM Tegaskan Belum Ada Pengajuan Resmi Relaksasi Ekspor dari Freeport
“Kondisinya masih enam bulan lagi, ramp-up baru selesai semester pertama. Juli nanti hanya mencapai 40% dari kapasitas,” jelas Elen.
Adapun, Presiden Direktur PTFI, Tony Wenas, mengungkapkan bahwa smelter saat ini masih sepenuhnya berhenti untuk perbaikan, tetapi aktivitas penambangan di Papua tetap berjalan normal. Akibatnya, terjadi surplus produksi ore, sehingga PTFI mengajukan relaksasi ekspor.
“Masih full berhenti. Kalau lagi perbaikan kan nggak mungkin produksi. Karena itu kan capture H2SO4,” jelas Tony.
Tony juga menambahkan bahwa diskusi terkait kelebihan produksi masih berlangsung. “Lagi dibahas. Itu sedang dibahas,” tutupnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Rahmat Dwi Kurniawan
Editor: Annisa Nurfitri
Tag Terkait:
Advertisement