Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Harga Minyak Merangkak Naik, Pasar Tunggu Implementasi Kebijakan Tarif

Harga Minyak Merangkak Naik, Pasar Tunggu Implementasi Kebijakan Tarif Kredit Foto: Pixabay/jdblack
Warta Ekonomi, Jakarta -

Harga minyak mentah dunia mengalami kenaikan tipis pada perdagangan di Kamis (30/1). Pasar masih mencermati rencana kenaikan tarif dari Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump di 1 Februari 2025.

Dilansir dari CNBC International, Jumat (31/1), harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) naik 1% menjadi US$73,36 per barel di New York Mercantile Exchange. Sementara harga minyak mentah Brent menguat 1% ke US$77,33 per barel di London ICE Futures Exchange.

Baca Juga: Bahlil Respon 54% Minyak RI Impor dari Singapura, Ini Memalukan!

Analis PVM, John Evans, menyebut pasar masih menunggu kepastian kebijakan tarif Trump. Meksiko yang menjadi salah satu produsen minyak dikhawatiran menjadi sasaran utama kebijakan tersebut. 

"Pelaku pasar menanti kebijakan ini karena bisa berdampak besar pada harga minyak global," katanya.

Meski begitu, belum ada kepastian maupun kabar negosiasi terkait dengan implementasi kebijakan tarif baik dari Meksiko maupun AS.

Harga minyak di sisi lain juga dipengaruhi oleh berkurangnya Produksi kilang minyak berkurang akibat badai yang terjadi di AS. Stok minyak mentah negara tersebut akibatnya naik 3,5 juta barel. Angka tersebut lebih tinggi dari prediksi analis yang memperkirakan kenaikan 3,2 juta barel.

Sanksi terhadap Rusia juga masih memiliki efek tersendiri bagi harga minyak global. Terbaru, Rusia meningkatkan pengolahan minyak domestik untuk mengurangi dampak sanksi.

Rapat Organization of the Petroleum Exporting Countries Plus (OPEC+) juga tengah dinantikan menyusul seruan dari Trump. Trump berulang kali meminta OPEC dan Arab Saudi untuk menurunkan harga minyak, dengan alasan langkah tersebut bisa membantu menyelesaikan konflik di Ukraina.

Baca Juga: DPR Endus Penimbunan MinyaKita, Harga Dibuat Melambung Tinggi Jelang Ramadan

Namun, analis menilai perang harga antara AS dan OPEC+ kecil kemungkinan terjadi. Jika OPEC+ meningkatkan produksi untuk menekan harga, langkah ini justru bisa merugikan mereka sendiri, karena harga minyak yang terlalu rendah dapatmenekan industri minyak AS.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Aldi Ginastiar

Advertisement

Bagikan Artikel: