Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Khawatir Data Bocor ke Tiongkok, Dunia Ramai-ramai Blokir DeepSeek

Khawatir Data Bocor ke Tiongkok, Dunia Ramai-ramai Blokir DeepSeek Kredit Foto: Deepseek
Warta Ekonomi, Jakarta -

Lembaga pemerintah dan perusahaan di seluruh dunia ramai-ramai melakukan pemblokiran DeepSeek, sebuah startup kecerdasan buatan (AI) yang dibuat oleh Tiongkok. Hal ini dilakukan atas respon kekhawatiran mereka atas kemungkinan data bocor ke negeri tirai bambu tersebut. 

Melansir Bloomberg, "Ratusan" perusahaan, terutama yang terkait dengan pemerintah, telah bekerja untuk memblokir akses ke DeepSeek karena kekhawatiran akan potensi kebocoran data ke pemerintah Tiongkok dan pandangan mereka tentang lemahnya perlindungan privasi, ujar Nadir Izrael, kepala teknologi di perusahaan keamanan siber Armis Inc.,

Baca Juga: Perjalanan SAIC Sang Produsen 'Mobil China' Pertama, Kini Sukses Garap Mobil Listrik Chery

Sebagian besar pelanggan Netskope Inc., sebuah layanan yang digunakan perusahaan untuk membatasi akses karyawan ke situs web, juga bergerak untuk membatasi akses ke layanan tersebut.

Sekitar 70 persen pelanggan Armis telah meminta pemblokiran, kata perusahaan tersebut, dan 52 persen pelanggan Netskope sepenuhnya memblokir akses ke situs DeepSeek, menurut Ray Canzanese, direktur laboratorium ancaman Netskope.

"Kekhawatiran terbesar adalah potensi kebocoran data model AI ke pemerintah Tiongkok," kata Izrael dari Armis. "Anda tidak tahu ke mana informasi Anda pergi."

Kekhawatiran seputar DeepSeek meningkat sejak akhir pekan lalu, ketika pujian dari eksekutif teknologi terkenal seperti Marc Andreessen membuat chatbot AI DeepSeek menduduki puncak unduhan aplikasi di Apple Store. 

Salah satu kekhawatiran utama adalah fakta bahwa DeepSeek menyatakan dalam ketentuan privasinya bahwa mereka mengumpulkan dan menyimpan data di server di Tiongkok, serta menambahkan bahwa setiap sengketa terkait hal ini akan diatur oleh hukum pemerintah Tiongkok.

Komisi Perlindungan Data Irlandia, yang menegakkan peraturan privasi Uni Eropa pada banyak perusahaan teknologi terbesar di dunia, mengatakan pada hari Rabu bahwa mereka telah meminta informasi dari DeepSeek untuk menentukan apakah perusahaan tersebut melindungi data pengguna dengan benar.

Badan pengawas perlindungan data Italia juga mengatakan telah menghubungi Hangzhou DeepSeek Artificial Intelligence dan Beijing DeepSeek Artificial Intelligence untuk meminta informasi tentang bagaimana aplikasi DeepSeek menangani informasi pengguna Italia. Pejabat Italia bertanya apakah data pribadi warganya dipindahkan ke Tiongkok dan memberi perusahaan 20 hari untuk merespons.

Kantor Komisioner Informasi Inggris mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa pengembang AI generatif harus transparan tentang bagaimana mereka menggunakan data pribadi, serta menambahkan bahwa mereka akan mengambil tindakan setiap kali harapan regulasi mereka diabaikan.

Pejabat dan lembaga pemikir AS telah memperingatkan bahwa undang-undang keamanan nasional Tiongkok memungkinkan pemerintah di sana untuk mengakses kunci enkripsi yang dikendalikan oleh perusahaan yang beroperasi di negara tersebut dan memaksa mereka untuk membantu dalam aktivitas pengumpulan intelijen. 

Undang-undang ini menjadi inti dari kasus pemerintah AS untuk melarang platform TikTok milik ByteDance Ltd. yang berbasis di Tiongkok, dengan pejabat keamanan nasional memperingatkan bahwa kepemilikan TikTok oleh Tiongkok memberikan Beijing akses ke informasi pribadi warga AS.

TikTok telah membantah bahwa mereka menimbulkan ancaman semacam itu. Presiden AS Donald Trump berjanji akan menemukan kesepakatan yang memungkinkan platform tersebut tetap beroperasi di AS segera setelah dia menjabat pada Januari.

Mehdi Osman, CEO startup perangkat lunak AS OpenReplay, adalah salah satu pemimpin bisnis yang memutuskan untuk tidak menggunakan layanan API DeepSeek karena masalah keamanan. Namun, dia memperingatkan bahwa harga yang sangat rendah dari perusahaan tersebut masih berpotensi menarik pengembang dari OpenAI "dalam beberapa bulan mendatang."

Sementara itu, peneliti kejahatan siber memperingatkan bahwa layanan AI DeepSeek tampaknya memiliki pengamanan yang lebih sedikit untuk mencegah peretas menggunakan alat tersebut, misalnya, untuk menyusun email phishing, menganalisis kumpulan besar data curian, atau meneliti kerentanan siber.

Baca Juga: Outlook Kripto: Harga Bitcoin Kian Sensitif Gegara Donald Trump dan DeepSeek

"Dengan sedikit usaha, penyerang akan mampu membuat modifikasi kode yang dapat meningkatkan skala dan kecepatan serangan siber dan penipuan," kata Levi Gundert, kepala keamanan dan intelijen di perusahaan keamanan siber Recorded Future Inc.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Rahmat Dwi Kurniawan
Editor: Aldi Ginastiar

Tag Terkait:

Advertisement

Bagikan Artikel: