Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Program Koperasi Desa: Solusi Ekonomi atau Beban Baru bagi Bank BUMN?

Program Koperasi Desa: Solusi Ekonomi atau Beban Baru bagi Bank BUMN? Kredit Foto: Antara/Sigid Kurniawan
Warta Ekonomi, Jakarta -

Pemerintah berencana membentuk Koperasi Desa Merah Putih (Kopdes Merah Putih) guna memperkuat perekonomian desa melalui pembangunan gudang dan enam gerai ritel di setiap desa. Program ini menargetkan 70.000 hingga 80.000 desa dengan anggaran Rp3-5 miliar per desa yang bersumber dari Dana Desa.

Namun, riset terbaru BRI Danareksa Sekuritas menyoroti potensi risiko terhadap perbankan BUMN, terutama terkait kredit bermasalah (Non-Performing Loan/NPL) di sektor koperasi.

Berdasarkan riset tersebut, rasio NPL kredit koperasi mencapai 8,5%, jauh lebih tinggi dibandingkan rata-rata perbankan nasional. Dengan proyeksi penyaluran pinjaman sebesar Rp3-5 miliar per desa, dampaknya terhadap biaya kredit (Cost of Credit/CoC) diperkirakan meningkat 49-82 basis poin, yang dapat menggerus laba bank BUMN hingga 11-56%.

Bank Rakyat Indonesia (BRI) disebut berpotensi menanggung risiko terbesar, mengingat eksposur BRI terhadap Kredit Usaha Rakyat (KUR) mencapai 17% dari total portofolio kreditnya dan lebih dari 80% desa di Indonesia sudah memiliki akses KUR.

Baca Juga: Pemerintah akan Beri Dukungan Rp5 Miliar untuk Koperasi Desa Merah Putih

“Selain risiko kredit, likuiditas bank BUMN juga menjadi perhatian. Jika perbankan BUMN harus membiayai penuh program ini tanpa dukungan alokasi Dana Desa, maka mereka perlu meningkatkan simpanan nasabah sebesar 5-9% dari total deposito saat ini. Dalam kondisi likuiditas yang ketat, hal ini berpotensi menekan Cost of Fund (CoF) dan profitabilitas perbankan,” ujar Analis BRI Danareksa Sekuritas, dalam risetnya, dikutip Selasa (11/3/2025). 

Di sisi lain, pemerintah optimistis program ini dapat mengurangi rantai distribusi yang panjang dan menurunkan harga barang di pedesaan. Namun, dengan sebagian besar koperasi di Indonesia tidak berorientasi pada sektor pangan—hanya sekitar 18,6% koperasi yang bergerak di sektor pertanian, perikanan, dan pangan—tantangan dalam operasionalisasi program ini masih besar.

Baca Juga: Koperasi Merah Putih Diluncurkan pada 12 Juli 2025

BRI Danareksa Sekuritas pun mempertahankan rekomendasi "Netral" terhadap sektor perbankan BUMN, dengan Bank Central Asia (BBCA) tetap menjadi pilihan utama karena minimnya eksposur terhadap kredit koperasi. 

“Di antara bank BUMN, Bank Syariah Indonesia (BRIS) diperkirakan paling sedikit terdampak akibat model bisnisnya yang berbeda,” tulis riset tersebut.
Program Kopdes Merah Putih menawarkan peluang bagi perekonomian desa, tetapi berisiko bagi perbankan BUMN dalam bentuk kenaikan NPL dan tekanan likuiditas. 

“Dalam skenario terburuk, penurunan profitabilitas bank bisa mencapai 56%. Oleh karena itu, pemantauan lebih lanjut terhadap implementasi program dan strategi mitigasi risiko menjadi krusial bagi investor dan pelaku industri perbankan,” tutupnya. 

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Annisa Nurfitri
Editor: Annisa Nurfitri

Advertisement

Bagikan Artikel: