Kredit Foto: Biro Pers Sekretariat Presiden
Pemerintah merancang proyek pembangunan pengolahan minyak (refinery) lebih besar dari rencana awal, dari 500 ribu barel per hari menjadi 1 juta barel per hari.
Peningkatan kapasitas kilang minyak tersebut merupakan bagian dari percepatan hilirisasi yang akan dibangun di berbagai wilayah Indonesia.
Baca Juga: Danantara Bakal Biayai Kilang Minyak 500 ribu di Sumatera
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia selaku Ketua Tim Satuan Tugas Percepatan Hilirisasi dan Ketahanan Energi mengungkapkan sejumlah tempat pembangunan kilang minyak jumbo tersebut.
"Kita akan bangun (kilang minyak) kurang lebih sebesar 1 juta barel, dan itu akan kita lakukan di beberapa tempat, baik di Kalimantan, Jawa, Sulawesi, dan Maluku-Papua sehingga terjadi pemerataan," ujarnya, dikutip dari siaran pers Kementerian ESDM, Selasa (11/3).
Bahlil menegaskan peningkatan kapasitas kilang minyak dari semula 500 ribu barel ke 1 juta barel per hari merupakan hasil rapat terbatas (ratas) implementasi teknis hilirisasi bersama Presiden RI Prabowo Subianto di Istana Negara. Hal ini demi menjaga ketahanan energi nasional dan sebagai perwujudan Asta Cita Kabinet Merah Putih.
Salah satu pertimbangan peningkatan kapasitas kilang minyak ini yaitu adanya ketidakseimbangan antara kebutuhan dan produksi minyak dalam negeri.
Oleh karena itu, Pemerintah akan membangun terminal penyimpanan BBM (storage) dengan kapasitas yang sama dengan kilang. "Karena kita masih impor 1 juta barel per hari," jelas Bahlil.
Selain pembangunan pengolahan dan penyimpanan minyak, percepatan hilirisasi akan dilakukan pada subsektor energi lain. Pemerintah berkomitmen untuk mendorong pengembangan Dimethyl Ether (DME) sebagai olahan gas dari batubara untuk menggantikan Liquified Petroleum Gas (LPG).
Mengenai lokasi pembangunan DME, Bahlil menyinggung Sumatera dan Kalimantan ditargetkan sebagai lokasi ideal pembangunan proyek tersebut mengingat keduanya banyak mengandung cadangan batubara.
Di sisi lain, Kementerian ESDM akan terus mendorong hilirisasi mineral mentah, seperti bauksit, nikel, dan timah. "
Satu lagi, kita akan membangun solar panel dan pasir kuarsa yang akan kita tarik menjadi bagian dari mineral kritis karena ini menjadi potensi keunggulan komparatif bagi bangsa kita," urai Bahlil.
Sebagai informasi, pembangunan kilang, terminal penyimpanan BBM dan Dimethyl Ether (DME) merupakan bagian dari 26 sektor komoditas sebagai prioritas hilirisasi nasional, mencakup mineral, minyak dan gas, perikanan, pertanian, perkebunan, serta kehutanan yang ditetapkan Presiden Prabowo.
Selain untuk memperkuat ketahanan energi dan industri nasional, hilirisasi ini juga diproyeksikan menciptakan lapangan kerja bagi masyarakat Indonesia.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Ulya Hajar Dzakiah Yahya
Editor: Ulya Hajar Dzakiah Yahya
Tag Terkait:
Advertisement