- Home
- /
- Kabar Finansial
- /
- Bursa
Belum Full Sepekan, Trump Sudah Bikin Wall Street Kehilangan Lebih dari US$4 Triliun

Bursa Amerika Serikat (Wall Street) terus melemah bahkan sudah kehilangan lebih dari US$4 trilliun dalam pekan kedua dari Maret 2025. Hal ini diperkirakan terjadi menyusul penyesuaian portofolio yang tengah dilakukan oleh investor dari Amerika Serikat (AS).
Analis Reku, Fahmi Almuttaqin menyoroti bagaimana sejumlah perusahaan dalam berbagai sektor merevisi proyeksi laba mereka menyusul tarik-ulur kebijakan tarif dari Amerika Serikat.
Baca Juga: Investor Bimbang, Wall Street Terus Dibebani Inkonsistensi Trump
Menurutnya, pasar khawatir dengan ketidakpastian ekonomi menyusul potensi resesi, stagflasi hingga perlemabatan ekonomi dari AS. Hal tersebut membuat investor cenderung menarik modalnya dan berbondong-bondong pindah ke aset lindung nilai.
“Potensi stagflasi yang diindikasikan dengan pertumbuhan ekonomi lambat dan inflasi tinggi serta resesi ekonomi yang kembali terbuka membuat investor untuk sementara mungkin lebih memilih mengalokasikan aset dalam instrumen risk-off," ungkap Fahmi, dilansir dari keterangan resmi, Rabu (12/3).
Presiden Amerika Serikat, Donald Trump baru-baru ini mematik ketegangan dengan ancaman kebijakan tarif 50% untuk baja dan aluminium dari Kanada. Namun tetiba kebijakan tersebut ditarik kembali dan berubah menjadi tarif 25%.
Trump di sisi lain juga tak memperdulikan kekhawatiran pasar terkait dengan potensi resesi sampai dengan perlambatan ekonomi dengan menyebut hal tersebut sebagai omong kosong belaka. Ia mengatakan negaranya hanya berada dalam masa transisi ekonomi menjadi lebih baik.
Inkonsistensi Trump membuat pasar bimbang dalam menentukan arah ekonomi dari Amerika Serikat. Hal ini menjadi tekanan besar untuk pasar saham dari Wall Street.
"Masih minimnya kejelasan terkait resolusi dari potensi risiko tersebut membuat tekanan yang ada di pasar saham saat ini mungkin masih akan bertahan selama beberapa saat,” ungkap Fahmi.
Fahmi mengatakan kini investor sangat menantikan data ekonomi terbaru dari Amerika Serikat. Hal tersebut akan menjadi penentu kebijakan moneter yang akan diambil oleh Federal Reserve (The Fed).
Baca Juga: Efek Tarif Amerika Serikat, Prospek Indah Harga Emas Menyusul Lonjakan Permintaan Safe-haven
"Kedepan, laporan inflasi dan perkembangan kebijakan fiskal akan menjadi katalis utama dari Bursa Amerika Serikat,” tutur Fahmi.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Aldi Ginastiar
Tag Terkait:
Advertisement