- Home
- /
- New Economy
- /
- Energi
PLTSa Dua Kali Lebih Mahal dari Batu Bara, Pemerintah Tetap Dorong Pemanfaatan Sampah Jadi Energi

Pemerintah berencana memanfaatkan potensi sampah di 538 Kabupaten/Kota di Indonesia menjadi sumber energi melalui Pembangkit Listrik Tenaga Sampah (PLTSa). Ditaksir jumlah energi yang dihasilkan bisa mencapai 1 Giga Watt (GW).
Meski begitu, Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Yuliot Tanjung menyebut langkah ini masih perlu dukungan regulasi dari Peraturan Presiden sehingga harmonisasi pemanfaatan sampah jadi energi (waste to energy) dapat segera dijalankan.
”Saat ini kita lagi membuat regulasi Peraturan Presiden pengolahan sampah menjadi energi dengan menggunakan teknologi bersih lingkungan. Jadi itu kita lagi rumuskan dan juga ini kita akan segera sampaikan ke presiden untuk mendapatkan izin prakarsa,” ucap Yuliot dikutip Minggu, (16/03/2025).
Permasalahan sampah di Indonesia memang tergolong pelik, di sisi lain berbagai negara maju telah berhasil memanfaatkan sampah jadi energi lewat teknologi ramah lingkungan, maka kata Yuliot Indonesia pun tak boleh ketinggalan.
Perpres tersebut juga menjadi payung hukum yang mengintegrasikan berbagai aspek penanganan sampah, termasuk penutupan tempat pembuangan akhir (TPA) dengan sistem open dumping, pengolahan sampah menjadi energi, serta upaya pengurangan pencemaran sampah di laut.
Meski begitu pemanfaatan sampah jadi energi menghadapi pada harga keekonomiannya. Sejauh ini listrik yang mayoritas digunakan RI berasal dari Batu-bara dengan nilai sekitar USD Sent 6-7 per KWH.
”Sesuai dengan Perpres 35 2018 Ini implementasinya juga sama perkiraan harganya (PLTSa) sekitar 13 sen USD per KWH,” ujar Yuliot.
Rata-rata kata Yuliot, per kabupaten kota dapat menghasilkan produksi listrik sampah 20 Mega Watt. Namun, harga keekonomiannya masih terlampau jauh dari listrik PLTU dengan nilai ekonomi sekitara USD Sent 6-7 per KWH.
Dibutuhkan perhitungan cermat, penggunaan teknologi unggul sehingga program ini tidak hanya bersifat festivalis semata namun juga bisa diukur keekonomiannya untuk menandingi harga PLTU yang dua kali lebih murah dari PLTSa.
Baca Juga: Biomassa Sawit Mendukung Ketahanan Energi Berkelanjutan
Baca Juga: Dampak Gerakan No Palm Oil Terhadap Polusi Tanah dan Air di Dunia
”Jadi, kita mengharapkan untuk 20 MW yang dihasilkan dari PLTSa-nya itu bisa diserap PLN," ucapnya saat ditemui di Kantor Kementerian ESDM, Jumat (14/3).
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Ferry Hidayat
Advertisement