- Home
- /
- News
- /
- Megapolitan
Grup Chat Elite Trump Tak Sengaja Bocorkan Rencana Serangan Amerika Serikat ke Yaman

Dunia dikejutkan dengan kebocoran rencana serangan dari Amerika Serikat (AS) ke Kelompok Houthi di Yaman. Hal ini terungkap usai adanya kebocoran data dari salah satu grup yang berisi sejumlah pejabat penting serta elite dari Presiden AS, Donald Trump.
Dilansir dari Reuters, Selasa (25/3), Pemimpin Redaksi The Atlantic, Jeffrey Goldberg mengungkap bahwa dirinya tiba-tiba diundang ke dalam sebuah grup chat "Houthi PC small group" di aplikasi Signal. Grup tersebur rupanya sebuah grup yang berisi pejabat-pejabat tinggi yang membahas serangan ke Kelompok Houthi di Yaman.
Baca Juga: Bursa Asia Bergejolak, Investor Soroti Manuver Terbaru China dan Amerika Serikat
Dalam grup tersebut, Penasihat Keamanan Nasional Mike Waltz menugaskan wakilnya, Alex Wong, untuk membentuk tim khusus guna mengoordinasikan aksi militer AS terhadap Houthi.
Yang lebih mengejutkan, Menteri Pertahanan AS Pete Hegseth kemudian mengunggah rincian operasi militer, termasuk target serangan, jenis senjata yang digunakan, serta urutan serangan—hanya beberapa jam sebelum serangan berlangsung pada 15 Maret.
Goldberg sendiri tidak mengungkap detail serangan dalam laporannya namun ia menyebut insiden ini sebagai penggunaan aplikasi chat yang sangat ceroboh dan berbahaya dari pejabat AS.
Adapun akun-akun yang tampaknya mewakili sejumlah pejabat tinggi AS turut berada dalam grup tersebut, termasuk Wakil Presiden JD Vance, Menteri Luar Negeri Marco Rubio, Direktur CIA John Ratcliffe, Direktur Intelijen Nasional Tulsi Gabbard, Menteri Keuangan Scott Bessent, hingga Kepala Staf Gedung Putih Susie Wiles.
Trump sendiri awalnya mengaku tidak mengetahui kejadian bocornya grup tersebut. Namun Gedng Putih akhirnya mengonfirmasi bahwa Trump telah diberi pengarahan dan penyelidikan sedang berlangsung.
Adapun Juru bicara Dewan Keamanan Nasional (NSC) Amerika Serikat, Brian Hughes, mengakui bahwa grup chat tersebut tampaknya autentik.
"Saat ini, utas pesan yang dilaporkan tampaknya asli, dan kami sedang meninjau bagaimana nomor yang tidak disengaja bisa masuk ke dalam grup," kata Hughes.
Baca Juga: Masih Tertekan, Stellantis Kembali Lancarkan Manuver Efisiensi di Amerika Serikat
Namun, ia menambahkan bahwa keberhasilan operasi militer terhadap Houthi menunjukkan bahwa tidak ada ancaman terhadap pasukan AS atau keamanan nasional akibat kebocoran ini.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Aldi Ginastiar
Tag Terkait:
Advertisement