
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Bahlil Lahadalia, mengungkapkan bahwa banyak negara maju tidak sepakat dengan kebijakan hilirisasi sumber daya alam yang dijalankan Indonesia.
Pernyataan tersebut disampaikan Bahlil saat membuka Global Hydrogen Ecosystem 2025 Summit & Exhibition di Jakarta, Senin (15/4/2025).
“Banyak negara maju yang tidak setuju dengan peta hilirisasi kita,” ujar Bahlil.
Baca Juga: Bahlil Siap Bertemu Menteri ESDM Arab Saudi, Bahas Kerja Sama Mineral Kritis
Ia menilai, ketidaksetujuan tersebut muncul karena hilirisasi akan mengurangi ketergantungan Indonesia pada ekspor bahan mentah dan sekaligus mengalihkan nilai tambah komoditas tersebut sepenuhnya ke dalam negeri.
Menurut Bahlil, hilirisasi tidak hanya merupakan strategi ekonomi, tetapi juga bagian dari visi Presiden Prabowo Subianto dalam mencapai kemandirian energi dan mendorong pertumbuhan ekonomi nasional yang berkualitas.
Dari total 28 komoditas strategis yang telah dipetakan pemerintah, potensi investasi sektor hilirisasi ditaksir mencapai USD 618 miliar hingga 2040.
Baca Juga: Tarif Trump Jadi Ancam Serius Bagi Hilirisasi dan Stabilitas Industri Nasional
Sebagai contoh, Bahlil menyebutkan nilai ekspor nikel mentah sebelum hilirisasi hanya sekitar USD 3,3 miliar per tahun. Namun, setelah program hilirisasi diterapkan, ekspor produk turunannya melonjak hingga mencapai USD 35 miliar dalam periode 2023–2024.
“Inilah sebabnya Uni Eropa menggugat Indonesia ke WTO. Tapi sekarang kita tidak perlu ragu atau takut menghadapi negara-negara itu. Karena para pemimpin dunia pun mulai menyadari pentingnya mempertahankan kekuatan ekonomi domestik,” tegasnya.
Lebih lanjut, Bahlil juga menyinggung komitmen negara-negara maju terhadap transisi energi bersih, khususnya dalam konteks Paris Agreement.
“Saya sarankan kepada Bapak Dubes Prancis, tolong tanyakan kembali kepada negara-negara penggagas Paris Agreement, sejauh mana komitmen mereka sekarang? Karena Indonesia justru sangat konsisten menjalankannya,” pungkasnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Rahmat Dwi Kurniawan
Editor: Annisa Nurfitri
Tag Terkait:
Advertisement