Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Bursa Asia Dipenuhi Optimisme, Investor Sambut Baik Potensi De-eskalasi Perang Dagang China-AS

Bursa Asia Dipenuhi Optimisme, Investor Sambut Baik Potensi De-eskalasi Perang Dagang China-AS Kredit Foto: Reuters
Warta Ekonomi, Jakarta -

Bursa Asia dipenuhi optimisme dalam perdagangan di Rabu (23/4). Pasar menyambut baik potensi de-eskalasi perang dagang yang diberikan oleh Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump.

Dilansir dari Reuters, Kamis (24/4), berikut ini adalah catatan pergerakan sejumlah indeks utama dari Bursa Asia. Hampir semua indeks utama mencetak kenaikan yang pesat dalam sesi kali ini:

  • Hang Seng (Hong Kong): Menguat 2,37% ke 22.072,62.
  • CSI 300 (China): Naik 0,08% ke 3.786,88.
  • Shanghai Composite (China): Turun 0,10% ke 3.296,36.
  • Nikkei 225 (Jepang): Naik 1,89% ke 34.868,63.
  • Topix (Jepang): Naik 2,06% ke 2.584,32.
  • Kospi (Korea Selatan): Naik 1,57% ke 2.525,56.
  • Kosdaq (Korea Selatan): Naik 1,39% ke 726,08.

Menteri Keuangan Amerika Serikat, Scott Bessent menyatakan bahwa tarif perdagangan berpotensi turun, termasuk untuk China. Pihaknya menyebut tarif tinggi antara kedua perlu diturunkan terlebih dahulu sebelum negosiasi dagang antara kedua negara dapat berlanjut.

Namun, ia menegaskan bahwa pihaknya tidak akan menurunkan tarif secara sepihak. Ia menegaskan bahwa dirinya juga menunggu langkah serupa terlebih dahulu dari Beijing.

“Saya pikir itu (penurunan tarif) memang harus terjadi, karena baik kami maupun mereka sama-sama menyadari bahwa tarif ini tidak berkelanjutan. Seperti yang saya katakan kemarin, situasi ini sudah seperti embargo, dan pemutusan hubungan dagang tidak menguntungkan siapa pun,” ujar Bessent.

Ia menegaskan bahwa tidak ada rencana dari pihaknya untuk menjadi yang pertama dalam menurunkan tarif guna meredakan ketegangan dalam perang dagang yang telah berlangsung sengit.

“Namun, saya tidak akan terkejut jika nantinya penurunan tarif terjadi secara timbal balik untuk China-Amerika Serikat,” tegas Bessent.

Adapun Bessent juga mengatakan bahwa pihaknya juga sedang mengkaji sejumlah isu perdagangan dengan Jepang. Isu-isu tersebut termasuk tarif, hambatan non-tarif, manipulasi mata uang, serta subsidi pemerintah terhadap tenaga kerja dan investasi modal tetap.

“Kami berharap Jepang menghormati kesepakatan G7,” tegasnya.

Bessent juga menegaskan pihaktak tak menargetnya kestabilan keuangan yen saat ditanya soal kemungkinan target nilai tukar dalam perundingan dengan Jepang.

Baca Juga: Jepang Waspadai Efek Kebijakan Trump: Gejolak Harga Saham hingga Galbay Kredit Bisa Naik

Sementara Menteri Perindustrian Korea Selatan, Ahn Duk-geun menyampaikan bahwa pihaknya akan mencari solusi cepat terkait tarif otomotif dalam perundingan dagang dengan pihak AS. 

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Aldi Ginastiar

Tag Terkait:

Advertisement

Bagikan Artikel: