Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Global Connections
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Bank Dunia Sebut Harga Emas Bakal Makin Mahal, Logam Industri Malah Keok

Bank Dunia Sebut Harga Emas Bakal Makin Mahal, Logam Industri Malah Keok Kredit Foto: Antara/Ari Bowo Sucipto
Warta Ekonomi, Jakarta -

Harga emas diperkirakan akan terus mengalami kenaikan signifikan dalam dua tahun ke depan, seiring meningkatnya ketidakpastian global. Bank Dunia dalam laporan terbarunya yang dirilis April 2025 menyebut, harga logam mulia termasuk emas dan perak akan tetap tinggi, bahkan setelah mencetak rekor tertinggi sepanjang masa pada 2024.

“Permintaan terhadap aset safe haven seperti emas melonjak akibat meningkatnya risiko geopolitik dan volatilitas pasar keuangan,” tulis laporan tersebut, dikutip Selasa (6/5/2025). 

Bank Dunia memproyeksikan harga emas akan tetap lebih dari 150 persen di atas rata-rata periode 2015–2019 pada tahun 2025 dan 2026. Emas dipandang investor global sebagai alat lindung nilai (hedging) di tengah kondisi ekonomi yang tidak pasti.

Baca Juga: Harga Emas Melemah Menyusul Lampu Hijau Negosiasi Tarif dari China

Tak hanya emas, harga perak juga diperkirakan mengalami penguatan, didorong oleh fungsinya sebagai pelindung nilai walaupun konsumsi industri terhadap logam tersebut menurun.

Berbeda dengan tren logam mulia, logam industri justru diprediksi tertekan. Indeks harga logam dasar secara keseluruhan diproyeksikan turun 10 persen pada 2025 dan kembali melemah 3 persen pada 2026.

Bank Dunia mencatat tekanan harga ini didorong oleh ekspektasi pelemahan sektor manufaktur global dan meningkatnya pasokan dari proyek tambang baru.

Baca Juga: Dolar AS Melemah, Langkah Trump Kembali Bikin Investor Cemas

Bijih besi menjadi logam yang paling tertekan, dengan penurunan harga diperkirakan mencapai 13 persen tahun ini dan turun lagi 7 persen pada 2026. Pelemahan harga ini juga dikaitkan dengan stagnasi sektor properti di China, negara konsumen baja terbesar dunia.

Sementara itu, timah menjadi satu-satunya logam dasar yang diperkirakan mengalami kenaikan harga dalam dua tahun ke depan. Keterbatasan proyek tambang baru menjadikan pasokan timah global relatif ketat.

Dengan tren yang berlawanan antara logam industri dan logam mulia, investor disebut mulai mengalihkan fokus portofolionya ke komoditas lindung nilai seperti emas dan perak sebagai respons terhadap dinamika ekonomi dan geopolitik yang belum menunjukkan stabilitas.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Rahmat Dwi Kurniawan
Editor: Annisa Nurfitri

Advertisement

Bagikan Artikel: