Meski Ekonomi Tumbuh Melambat, BI Pede Indonesia Masih ‘Hot’ di Mata Investor Asing
Kredit Foto: Cita Auliana
Bank Indonesia (BI) merespons laporan Badan Pusat Statistik (BPS) terkait perlambatan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal I-2025 yang hanya mencapai 4,87%.
Kepala Departemen Pengelolaan Moneter dan Aset Sekuritas (DPMA) BI, Erwin Gunawan Hutapea, menyatakan bahwa meski pertumbuhan ekonomi melambat, kepercayaan investor terhadap prospek ekonomi nasional tetap terjaga. Hal itu tercermin dari aliran modal asing (capital inflow) yang masuk ke Surat Berharga Negara (SBN) dan Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI).
“Meskipun rilis kemarin kuartal I kelihatannya di bawah konsensus pelaku pasar, di mana konsensus pelaku pasar kita ada di 4,92 persen, kejadiannya di 4,87 persen. Tapi ini still high enough ya bagi investor,” ujar Erwin dalam Taklimat Media di Kantor Pusat BI, Jakarta, Rabu (7/5/2025).
Baca Juga: AS-China Bak Dua Gajah Bertarung, BI Tunggu Titik Terang
Ia menambahkan, kepercayaan pasar juga didorong oleh penguatan nilai tukar rupiah serta pemulihan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), yang sempat turun di bawah 6.000 namun kini telah mendekati level 6.900.
Erwin menegaskan, BI akan terus menjaga kecukupan likuiditas dan stabilitas sentimen pasar menjelang repatriasi dividen dan jatuh tempo pembayaran utang luar negeri pada Mei dan Juni 2025.
“Sehingga kami memastikan bahwa liquidity cukup untuk memfasilitasi kebutuhan-kebutuhan investor yang memang melakukan repatriasi dividend, dan juga korporasi-korporasi yang melakukan pembayaran utang luar negeri,” ucapnya.
Baca Juga: PHK Massal Hantam Daya Beli, BI Wanti-wanti Pertumbuhan Ekonomi Melemah
Erwin juga menilai kondisi pasar SBN menunjukkan tanda-tanda pemulihan. Hal ini tercermin dari hasil lelang terbaru dan aktifnya keterlibatan investor asing dalam pembelian instrumen tersebut.
“Jadi ini tanda-tanda yang benar-benar, menurut hemat kami, kepercayaan investor sudah mulai kembali. Dengan bagaimana upaya kami menjaga agar supply instrument tetap ada, dengan stabilitas dalam konteks nilai tukar dan kecukupan rupiah tetap berada di pasar,” ujarnya.
Selain itu, tren positif juga terlihat dari pergerakan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS). Erwin menyebut rupiah telah bergerak stabil di bawah Rp16.500 per dolar AS, bahkan sempat menyentuh Rp16.420.
“Meskipun kelihatannya untuk turun ke bawah Rp16.400 itu support-nya cukup strong, selalu membal. Dan hari ini kan kita lihat pergerakan itu di bawah Rp16.500-an,” jelasnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Cita Auliana
Editor: Annisa Nurfitri
Tag Terkait:
Advertisement