Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Harga Emas Tertekan, De-eskalasi Perang Dagang Jadi Sorotan Investor

Harga Emas Tertekan, De-eskalasi Perang Dagang Jadi Sorotan Investor Kredit Foto: Antara/Makna Zaezar
Warta Ekonomi, Jakarta -

Harga emas global mengalami penurunan tajam dalam perdagangan di Kamis (8/5). Pasar logam mulia mengalami tekanan usai adanya kesepakatan perdagangan dari Inggris dan Amerika Serikat (AS).

Dilansir dari Reuters, Jumat (9/5), berikut ini adalah catatan pergerakan harga dari sejumlah komoditas utama logam mulia global. Harga emas menjadi komoditas paling terketekan dalam sesi kali ini:

  • Emas spot: turun 1,7% menjadi US$3.307,84 per ons.
  • Emas berjangka AS: Melemah 2,5% ke US$3.306 per ons.
  • Perak spot: Turun ke US$32,48 per ons.
  • Platinum: Naik 0,8% menjadi US$981,60 per ons.
  • Palladium: Menguat 0,3% ke US$974,81 per ons.

Presiden Amerika Serikat, Donald Trump dan Perdana Menteri Inggris Keir Starmer mengumumkan bahwa kedua belah pihak mencapai terobosan dalam perundingan dagang bilateral.

Meskipun tarif dasar 10% atas impor Inggris tetap diberlakukan, mereka sepakat untuk memangkas tarif atas barang-barang AS dari 5,1% menjadi 1,8% dan memberikan akses pasar yang lebih besar bagi AS.

Senior Market Strategist RJO Futures, Bob Haberkorn mengatakan bahwa pengumuman kesepakatan memicu optimisme bahwa negara lain juga dapat mencapai kesepakatan serupa dengan Trump.

Hal tersebut menjadi tekanan terhadap logam mulia, khususnya emas yang menjadi aset lindung nilai di tengah ketidakpastian ekonomi global.

“Jika kita juga mendapatkan kesepakatan antara AS dan China, akan ada banyak tekanan ke bawah untuk harga emas. Saya perkirakan harga bisa turun ke level setidaknya US$3.200," ungkap Haberkorn.

Pasar juga memantau pertemuan dari China-AS. Kesepakatan dagang antara dua negara ekonomi terbesar dunia tersebut dapat menjadi pemicu volatilitas baru bagi emas.

Adapun Bank Sentral China dilaporkan telah menyetujui pembelian valuta asing oleh bank-bank komersial untuk membayar impor emas, menyusul peningkatan kuota impor emas negara tersebut.

Baca Juga: BEI Pantau Ketat Pergerakan Saham Emiten Tambang NICL, Ada Apa?

Cadangan emas juga tercatat meningkat pada bulan lalu di London. Hal ini menyusul gerak logam mulia yang mulai dikembalikan dari New York, Amerika Serikat.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Aldi Ginastiar

Tag Terkait:

Advertisement

Bagikan Artikel: