Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Global Connections
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Cadangan Devisa Menyusut Buat IHSG Ambruk dan Rupiah Terpukul

Cadangan Devisa Menyusut Buat IHSG Ambruk dan Rupiah Terpukul Kredit Foto: Antara/Dhemas Reviyanto
Warta Ekonomi, Jakarta -

Cadangan devisa Indonesia mengalami penurunan tajam pada April 2025. Chief Economist & Head of Research Mirae Asset Sekuritas, Rully Arya Wisnubroto, mengungkapkan bahwa posisi devisa turun sebesar USD4,6 miliar menjadi USD152,5 miliar.

Penurunan tersebut terjadi di tengah tekanan kuat terhadap nilai tukar Rupiah yang sempat menyentuh IDR17.200 per USD pada awal April. Tekanan ini dipicu oleh sentimen global, termasuk pengumuman Liberation Day oleh Presiden Amerika Serikat, Donald Trump.

Kondisi tersebut berdampak pada pasar saham domestik, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup melemah 1,42% ke level 6.827,75. Ini menjadi koreksi pertama setelah delapan hari berturut-turut mencatatkan penguatan. Investor asing mencatatkan arus keluar sebesar IDR842 miliar. Tekanan paling besar terjadi di sektor perbankan.

Baca Juga: Buat Bayar Utang dan Stabilisasi Rupiah, Cadangan Devisa Turun ke US$152,5 Miliar

“Saham Bank Mandiri (BMRI) mengalami net sell asing terbesar sebesar IDR453 miliar, disusul oleh Bank Rakyat Indonesia (BBRI) sebesar IDR279 miliar, dan Bank Negara Indonesia (BBNI) sebesar IDR101 miliar. Saham unggulan lainnya seperti Astra International (ASII) dan Telekomunikasi Indonesia (TLKM) juga turut dilepas investor asing, masing-masing sebesar IDR80 miliar dan IDR65 miliar,” kata Rully dalam paparan riset, Jumat (9/5/2025).

Ia menilai koreksi tersebut sebagai hal yang wajar. Pasalnya, reli IHSG sejak April terbilang terlalu cepat, sementara tantangan ekonomi diperkirakan meningkat. Data pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia kuartal I 2025 yang lebih rendah dari ekspektasi turut memperkuat kekhawatiran pelaku pasar.

Baca Juga: IHSG Hari Ini Ditutup Terperosok 1,42% ke Level 6.827, Saham-saham Ini Paling Lesu

Meski Rupiah menunjukkan stabilisasi sementara di kisaran IDR16.500 per USD pada awal Mei, Rully memperingatkan bahwa volatilitas nilai tukar masih tinggi. Ketidakpastian global akibat tensi perang dagang berpotensi menekan surplus neraca perdagangan dan memperlebar defisit transaksi berjalan dalam beberapa bulan mendatang.

“Saham-saham yang paling aktif diperdagangkan kemarin antara lain ANTM, BMRI, BBRI, BBCA, dan GOTO. Di sisi lain, saham-saham yang mencatatkan pembelian asing tertinggi adalah BBCA, ANTM, AADI, GOTO, dan BRIS,” tuturnya.

Ia menilai kondisi pasar keuangan saat ini mencerminkan kewaspadaan investor terhadap dinamika ekonomi domestik dan global yang semakin kompleks. Rully menyarankan pelaku pasar agar mencermati sentimen eksternal serta perkembangan makroekonomi nasional sebelum mengambil keputusan investasi.

 

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Uswah Hasanah
Editor: Annisa Nurfitri

Advertisement

Bagikan Artikel: