Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Perusahaan Merasa Tak Dihargai Karyawan

Warta Ekonomi -

WE Online, Jakarta - Towers Watson menemukan adanya ketimpangan antara biaya yang perusahaan keluarkan untuk manfaat karyawan (benefit) dengan penghargaan yang diberikan oleh karyawan terhadap benefit tersebut. Survei ini dilakukan kepada 1.145 perusahaan di 20 negara di Asia Pasifik.

Temuan-temuan dalam survei Towers Watson yang bertajuk 2015 Asia Pacific Benefit Trends ini memberikan gambaran akan tantangan-tantanganyang dihadapi oleh perusahaan. Manfaat karyawan semakin dilihat sebagai satu kesatuan dari employee value proposition (proposisi nilai karyawan), yaitu suatu kelebihan yang dapat membantu merekrut dan mempertahankan karyawan.

Tujuh dari sepuluh perusahaan di Indonesia yang disurvei mengatakan perekrutan dan retensi karyawan kunci merupakan fokus utama dari strategi pemberian manfaat mereka. Menurut para responden survei, cuti tahunan dan kesehatan/perawatan kesehatan tetap menjadi manfaat yang paling umum ditawarkan.

Ke depannya, diperkirakan semakin banyak perusahaan di Indonesia menyediakan program manajemen kesehatan. Saat ini 63% dari perusahaan di Indonesia menghabiskan lebih dari seperempat dari pengeluaran biaya manfaat karyawan untuk manfaat yang berkaitan dengan kesehatan, sementara hanya 38% dari perusahaan di Asia Pasifik yang melakukan hal ini.

Di saat yang sama biaya-biaya yang timbul dari pemberian manfaat tersebut di mana hal ini memiliki persentase yang signifikan dari biaya gaji akan terus meningkat. Namun, meskipun banyak manfaat yang diberikan, hanya 19% dari perusahaan di Indonesia yang beranggapan bahwa manfaat tersebut dihargai oleh karyawan mereka.

Sebanyak 64% dari perusahaan di Indonesia menyatakan mereka menghabiskan lebih dari 20% dari gaji untuk manfaat karyawan. Biaya untuk manfaat karyawan cenderung tinggi di Indonesia karena manfaat untuk kesehatan dan pensiun umum diberikan sehingga hamper dua dari lima (39%) perusahaan menghabiskan lebih dari 30% dari gaji untuk manfaat karyawan.

Memperkenalkan fleksibiltas lebih ke dalam program manfaat adalah satu cara yang diperlukan perusahaan untuk menjawab permasalahan kesenjangan nilai manfaat. Bagi perusahaan-perusahaan yang telah memberikan manfaat yang fleksibel, mayoritas dari mereka merasakan bahwa program mereka berhasil dalam meningkatkan pemahaman dan penghargaan karyawan akan manfaat yang diberikan (67%), memahami berbagai kebutuhan karyawan (66%), dan meningkatkan nilai daya tarik dan retensi (59%).

"Manfaat yang fleksibel menjadi cara yang efektif dalam memberikan manfaat dan meningkatkan penghargaan nilai manfaat kepada karyawan," ujar Director Benefits Towers Watson Indonesia Santhi Devi R.

Saat ini hanya 10% dari perusahaan di Indonesia menawarkan format yang fleksibel bagi karyawan atau sesuai pilihan karyawan dibandingkan 19% perusahaan-perusahaan di Asia Pasifik.

"Selain mengenali berbagai kebutuhan karyawan, memberikan manfaat yang fleksibel memerlukan komunikasi yang teratur agar karyawan dapat membuat pilihan dan menghargai berbagai manfaat yang terdapat di dalam program manfaat. Aspek-aspek tersebut membantu meningkatkan nilai manfaat yang diterima oleh karyawan," pungkasnya.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Arif Hatta
Editor: Cahyo Prayogo

Advertisement

Bagikan Artikel: