Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Global Connections
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Pasar Gelisah, Rupiah Lemah! BI dan The Fed Tak Bikin Tenang

Pasar Gelisah, Rupiah Lemah! BI dan The Fed Tak Bikin Tenang Kredit Foto: Antara/Rivan Awal Lingga
Warta Ekonomi, Jakarta -

Nilai tukar rupiah ditutup melemah terhadap dolar Amerika Serikat pada perdagangan Rabu (18/6/2025), seiring meningkatnya ketegangan geopolitik global dan sikap hati-hati investor menjelang keputusan suku bunga bank sentral Amerika Serikat (The Federal Reserve).

Rupiah ditutup di level Rp16.312 per dolar AS, melemah 23 poin dari posisi penutupan kemarin di Rp16.289. Sepanjang hari, rupiah sempat menyentuh titik terlemah di Rp16.344. Untuk perdagangan Kamis (19/6/2025), nilai tukar rupiah diprediksi bergerak fluktuatif dalam kisaran Rp16.310–Rp16.360 per dolar AS.

Pengamat mata uang dan komoditas, Ibrahim Assuaibi, menjelaskan bahwa pelemahan rupiah didorong oleh penguatan indeks dolar AS yang terangkat oleh meningkatnya tensi di Timur Tengah. Pentagon dikonfirmasi telah mengirim tambahan jet tempur dan memperpanjang masa tugas pasukan udara di kawasan tersebut.

Baca Juga: Konflik Iran-Israel Picu Harga Minyak Dunia Naik 7%, Rupiah turut Melemah

“Ketegangan meningkat setelah Presiden AS Donald Trump menyerukan agar Iran menyerah tanpa syarat, menyusul serangan Israel terhadap fasilitas nuklir di Teheran pada Jumat lalu,” ujar Ibrahim.

Selain itu, pelaku pasar juga mencermati hasil pertemuan Federal Reserve. Meskipun suku bunga acuan diperkirakan tetap di 0,5%, perhatian investor tertuju pada proyeksi arah pemotongan suku bunga ke depan. Ketua The Fed, Jerome Powell, sebelumnya menyatakan bahwa penurunan bunga dilakukan secara bertahap setelah pemangkasan agresif sebesar 1% sepanjang 2024.

Dari dalam negeri, Bank Indonesia (BI) memutuskan untuk mempertahankan suku bunga acuan BI-Rate di 5,50%, serta suku bunga Deposit Facility di 4,75% dan Lending Facility di 6,25%. BI menyatakan keputusan ini mencerminkan keyakinan terhadap stabilitas inflasi 2025–2026 dalam kisaran target 2,5±1% dan sebagai upaya menjaga stabilitas nilai tukar rupiah.

Baca Juga: Dolar AS Loyo, Rupiah Tipis Naik! Trump Digoyang Tarif, Pasar Cemas Data Ketenagakerjaan

Di sisi fiskal, Kementerian Keuangan melaporkan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) mengalami defisit Rp21 triliun hingga Mei 2025. Angka ini berbalik dari posisi surplus sebesar Rp4,3 triliun pada April lalu. Pendapatan negara tercatat sebesar Rp995,3 triliun, dengan penerimaan pajak mencapai Rp683,3 triliun, atau turun 11,28%dibanding periode yang sama tahun sebelumnya.

Sementara belanja negara mencapai Rp1.016,3 triliun, setara 28,1%dari pagu APBN 2025. Defisit tersebut setara 0,09% terhadap PDB.

Ibrahim menambahkan bahwa tekanan terhadap rupiah masih tinggi akibat ketidakpastian global serta perlambatan ekonomi AS yang memengaruhi arus modal asing ke negara berkembang.

“Rupiah masih akan bergerak volatile seiring sentimen dari eksternal dan fundamental domestik yang masih dibayangi defisit fiskal,” pungkasnya.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Uswah Hasanah
Editor: Annisa Nurfitri

Advertisement

Bagikan Artikel: