Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Kisah 'Raja Aluminium Asia Tenggara' dari Malaysia Tan Sri Paul Koon Poh Keong dan Jejaknya di Indonesia

Kisah 'Raja Aluminium Asia Tenggara' dari Malaysia Tan Sri Paul Koon Poh Keong dan Jejaknya di Indonesia Kredit Foto: The Edge Malaysia
Warta Ekonomi, Jakarta -

Tan Sri Paul Koon Poh Keong, atau lebih dikenal sebagai Koon Poh Keong, adalah salah satu pengusaha paling berpengaruh di Malaysia dan Asia Tenggara. Ia merupakan sosok di balik kesuksesan Press Metal Aluminium Holdings Bhd., perusahaan aluminium terintegrasi terbesar di kawasan ini. 

Lahir pada April 1961, Poh Keong menempuh studi teknik di Universitas Oklahoma, Amerika Serikat. Namun, setibanya kembali di Malaysia pada era 1980-an, ia menghadapi tantangan berat, yaitu negara tengah dilanda resesi dan lowongan kerja sangat minim. Ia sempat menganggur, namun tidak patah semangat.

Titik balik terjadi pada tahun 1986, ketika Poh Keong bersama keempat saudaranya, yaitu Koon Poh Ming, Koon Poh Weng, Koon Poh Tat, dan Koon Poh Kong, mendirikan Press Metal. Modal awal mereka hanya USD 50.000 untuk menyewa sebuah pabrik kecil di Puchong, Selangor. 

Tanpa pengalaman di industri aluminium, mereka belajar sambil menjalankan bisnis. Poh Keong ditunjuk sebagai CEO, dan Poh Ming sebagai wakil ketua eksekutif.

Kesuksesan Press Metal tak lepas dari strategi Poh Keong yang fokus pada efisiensi dan ekspansi cerdas. Ia memilih teknologi peleburan aluminium asal China yang jauh lebih murah dan efisien dibanding teknologi Barat. Selain itu, mereka menjalin kontrak jangka panjang untuk sumber listrik tenaga air murah di Sarawak.

Langkah berikutnya adalah ekspansi internasional. Pada 1999, mereka mulai mengekspor produk ke Inggris. Enam tahun kemudian, Press Metal mendirikan pabrik di Guangzhou, China, dengan kapasitas produksi 160.000 ton per tahun atau tiga kali lebih besar dari kapasitas Malaysia pada saat itu.

Pada 2008, Press Metal masuk ke industri hulu dengan membangun pabrik peleburan aluminium di Mukah, Sarawak, disusul fasilitas kedua di Samalaju Industrial Park pada 2013. Perusahaan tidak hanya mengekstrusi, tapi juga memproduksi sendiri aluminium dari bijih mentah sehingga membentuk rantai pasok dari hulu ke hilir yang solid.

Indonesia sebagai negara dengan potensi bahan tambang tinggi tentu tidak lepas dari jejak ekspansi Poh Keong. Pada Februari 2020, Press Metal mengakuisisi 25% saham PT Bintan Alumina Indonesia senilai USD 80,23 juta. Di saat yang sama, PT Bintan sedang membangun pabrik alumina refinery dengan total kapasitas tahunan 2 juta ton. Investasi ini bertujuan untuk menstabilkan pasokan alumina bagi operasi peleburan aluminium Press Metal.

Pada September 2024, Press Metal Aluminium Holdings Bhd (PMAH) mengakuisisi 80% kepentingan ekuitas di PT Kalimantan Alumina Nusantara (KAN) senilai RM 1,04 miliar. Akuisisi ini diharapkan dapat menghemat biaya dan mengoptimalkan operasi secara keseluruhan dengan adanya perjanjian pembelian jangka panjang setelah kilang penapisan beroperasi.

Tiga dekade sejak didirikan, Press Metal kini menjadi perusahaan aluminium terintegrasi terbesar di Malaysia, sekaligus salah satu yang terbesar di Asia. Produknya digunakan di berbagai sektor, mulai dari otomotif, penerbangan, makanan dan minuman, hingga teknologi tinggi.

Perusahaan ini juga sudah melantai di Bursa Malaysia sejak 1993, dan terus tumbuh hingga kini menjadi pemain global yang bersaing dengan nama-nama besar seperti Aluminium Corp dan Rio Tinto.

Berkat kepemimpinan dan visi bisnisnya, menurut Forbes, kekayaan pribadi Koon Poh Keong mencapai USD 4,5 miliar pada tahun 2025. Bila digabungkan dengan kekayaan keempat saudaranya, totalnya disebut mencapai USD 5,4 miliar dan menjadikan mereka keluarga terkaya ke-4 di Malaysia.

Atas kontribusinya terhadap industri nasional, ia dianugerahi gelar kehormatan "Tan Sri", gelar tertinggi kedua di tingkat federal Malaysia.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Amry Nur Hidayat

Advertisement

Bagikan Artikel:

Berita Terkait