- Home
- /
- New Economy
- /
- Energi
Waktu Tempuh 40 Hari, Impor Migas AS Dinilai Rawan Guncang Cadangan Nasional
Kredit Foto: Pertamina International Shipping (PIS)
Direktur Eksekutif Reforminer Institute, Komaidi Notonegoro, meminta pemerintah mempertimbangkan secara matang rencana peningkatan impor minyak dan gas (migas) dari Amerika Serikat yang nilainya diproyeksikan mencapai US$15 miliar. Pasalnya, kebijakan tersebut dinilai berisiko tinggi terhadap biaya logistik dan stabilitas pasokan dalam negeri.
Dia menilai lonjakan impor migas dari Amerika Serikat akan berdampak pada peningkatan biaya angkut dan asuransi. Hal ini disebabkan oleh jarak tempuh yang jauh lebih lama dibandingkan dengan negara pemasok saat ini.
“Impor AS dari semula US$2 miliar plus US$19 juta pada 2024, sekarang akan jumping ke US$15 miliar. Tentu ini akan menggeser porsi negara-negara lain,” ujar Komaidi, dikutip Jumat (25/7/2025).
Baca Juga: Soal Volume Impor Migas dari AS, Airlangga: Lihat Kebutuhan Indonesia
Komaidi mengatakan, selama ini mayoritas impor produk petroleum oil Indonesia berasal dari negara-negara tetangga seperti Singapura dan Malaysia. Amerika Serikat tercatat berada di peringkat ke-21 dengan nilai impor hanya US$19 juta.
Sementara untuk produk petroleum gas, Amerika justru menjadi pemasok utama ke Indonesia dengan nilai transaksi mencapai US$2,03 miliar pada 2024, meningkat dibanding 2023 sebesar US$1,54 miliar.
Total impor petroleum gas Indonesia tahun lalu mencapai US$3,8 miliar, naik dari tahun sebelumnya sebesar US$3,67 miliar. Selain Amerika Serikat, Indonesia juga mengimpor dari Qatar, Uni Emirat Arab, dan Arab Saudi.
Baca Juga: Bahlil Pastikan Impor Migas Dari AS Harus Saling Menguntungkan
Komaidi mengingatkan jika pemerintah memutuskan menggeser porsi negara lain untuk memfokuskan impor dari Amerika Serikat, maka konsekuensinya harus ditinjau secara menyeluruh. Menurutnya, pilihan meningkatkan volume impor harus disesuaikan dengan kapasitas penyimpanan dalam negeri yang terbatas.
“Kalau sampai 30 hari kapal belum datang, stok yang di dalam negeri bisa habis. Ini isu yang perlu dipertimbangkan,” ujarnya.
Ia menjelaskan, sebagian besar migas saat ini diimpor dari negara-negara tetangga serta kawasan Afrika dan Timur Tengah dengan waktu pengiriman sekitar 10 hari. Sementara dari Amerika Serikat, pengiriman langsung dari Texas bisa memakan waktu 30 hingga 40 hari.
Baca Juga: RI Rogoh Kocek Rp251 T buat Beli Migas Demi Diskon Tarif dari Amerika
“Kalau lewat Teluk Meksiko, itu risikonya besar dan berhubungan dengan biaya asuransi yang menjadi lebih besar, jika dibanding saat kita mengambil dari Afrika atau Timur Tengah tempat biasa kita ambil dari sana,” ucapnya.
Selain faktor logistik, Komaidi juga menyinggung potensi dampak diplomatik jika Indonesia mengurangi porsi impor dari negara-negara seperti Singapura yang selama ini menjadi pemasok utama migas sekaligus investor besar di Indonesia.
“Singapura misalnya yang paling besar impor minyaknya ke kita, juga negara dengan investasi terbesar di Indonesia,” katanya.
Meski demikian, impor dari Amerika Serikat bisa lebih kompetitif jika Indonesia mendapatkan harga lebih murah atau menggunakan skema swap dari perusahaan migas AS yang beroperasi lebih dekat ke Indonesia.
Baca Juga: Mafia Migas Runtuh: Kejagung Tetapkan Riza Chalid dan Anaknya Jadi Tersangka
“Kita belum tahu bagaimana dealing antara Pemerintah AS dengan Indonesia. Dan belum tahu mengambilnya dari mana, apakah langsung dari AS? Karena bisa jadi mengambil dari perusahaan AS di negara lain, seperti Singapura. Kan di sana ada Exxon,” ungkapnya.
Ia menambahkan, rencana pengalihan impor migas dari negara-negara tetangga ke Amerika Serikat menunjukkan bahwa sektor migas masih memegang peran penting dalam menjaga stabilitas ekonomi nasional, meski tengah dihadapkan pada agenda transisi energi.
“Ini menunjukkan migas di tengah isu transisi energi yang dikatakan banyak pihak sebagai industri yang sudah sunset, ternyata masih memiliki peranan sangat penting,” pungkasnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Djati Waluyo
Editor: Djati Waluyo
Tag Terkait:
Advertisement