Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Global Connections
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Kembangkan Fesyen dan Kriya, Kemenperin Kolaborasi dengan Universitas Mahasaraswati Denpasar

Kembangkan Fesyen dan Kriya, Kemenperin Kolaborasi dengan Universitas Mahasaraswati Denpasar Kredit Foto: Kemenparekraf
Warta Ekonomi, Jakarta -

Kementerian Perindustrian (Kemenperin) melalui Balai Pemberdayaan Industri Fesyen dan Kriya (BPIFK) berkolaborasi dengan Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Universitas Mahasaraswati Denpasar mengembangkan industri fesyen dan kriya.

Hal tersebut diwujudkan melalui penelitian bersama bertema “Perancangan Model Bisnis Berlandaskan Prinsip Keberlanjutan dan Budaya Lokal”.

Baca Juga: Majukan Industri, RI Butuh Generasi Siap Jadi Pemain Global

“Kolaborasi antara BPIFK dan FEB Universitas Mahasaraswati diharapkan berkontribusi besar bagi pengembangan industri kreatif fesyen dan kriya, melalui penelitian yang tidak hanya menekankan aspek ekonomi, tetapi juga menyeimbangkan dimensi sosial, lingkungan, dan budaya,” kata Direktur Jenderal Industri Kecil, Menengah, dan Aneka (IKMA) Reni Yanita, dikutip dari siaran pers Kemenperin, Kamis (14/8).

Kerja sama ini menjadi bagian dari Nota Kesepahaman antara BPIFK dan Universitas Mahasaraswati Denpasar yang mencakup pendidikan, penelitian bersama, publikasi ilmiah, hingga pengembangan inovasi berbasis ilmu pengetahuan dan teknologi. 

Selain itu, perjanjian ini juga mengakomodasi kegiatan pengabdian kepada masyarakat seperti pelatihan, workshop, pendampingan, penyuluhan, dan pameran untuk mendorong pertumbuhan industri kreatif.

“Perjanjian ini bertujuan mengoptimalkan peran Tridharma Perguruan Tinggi sekaligus meningkatkan daya saing IKM. Untuk memberikan dampak yang lebih kuat, tentu kita tidak bisa berjalan sendiri-sendiri,” tegas Reni.

Sekretaris Ditjen IKMA Yedi Sabaryadi menyampaikan, sinergi ini menjadi wujud nyata kolaborasi antara dunia pendidikan, pemerintah, dan pelaku industri. 

“Kegiatan ini memberikan manfaat langsung bagi pengembangan IKM agar semakin berdaya saing, adaptif terhadap tantangan zaman, namun tetap berakar pada nilai budaya lokal dan menjaga keberlanjutan lingkungan,” ujarnya.

Dalam penelitian ini, terlibat empat peneliti dari FEB Universitas Mahasaraswati Denpasar, yakni Ni Wayan Rustiarini; Ni Putu Nita Anggraini, S.E., M.M.; I Putu Wahyu Dwinata JS, S.E., MBA; serta Kepala BPIFK, Dickie Sulistya Aprilyanto. Dickie berharap model bisnis yang dihasilkan dapat menjadi acuan praktis bagi IKM dalam membangun usaha yang berkelanjutan, kompetitif, dan berbasis kearifan lokal.

Penelitian ini mendapat dukungan pendanaan dari Direktorat Jenderal Riset dan Pengembangan, Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi melalui skema Penelitian Terapan Luaran Model (PT-LM). 

Sebagai langkah lanjutan, BPIFK menggelar Focus Group Discussion (FGD) dan Expert Testing pada 17 Juli 2025, dengan menghadirkan pakar model bisnis berkelanjutan, akademisi, pelaku IKM, dan perwakilan kementerian/lembaga untuk memberikan masukan konseptual dan aplikatif.

Sejumlah narasumber yang hadir antara lain Andriati Cahyaningsih (Pusat Industri Hijau, Kemenperin), Dr. Muhammad Setiawan Kusmulyono (pakar model bisnis dan inovasi, Universitas Prasetiya Mulya), Setyo Budiantoro (pakar keberlanjutan dan Manajer Pilar Pembangunan Ekonomi, Sekretariat Nasional TPB/SDGs Bappenas), serta I Nyoman Darma Putra (pakar budaya Bali, Universitas Udayana).

Diskusi ini juga melibatkan pelaku IKM fesyen dan kriya berkelanjutan di Bali seperti Annisa Fauziah (TRI-Cycle), Kadek Sudantara (Pagi Motley), dan Anak Agung Indra Dwipayani (Agung Bali Collection). 

“Kami berharap kegiatan ini melahirkan model bisnis yang tidak hanya menjadi panduan praktis, tetapi juga inspirasi bagi IKM untuk tumbuh berkelanjutan, dengan menyeimbangkan kepentingan ekonomi, sosial, lingkungan, dan budaya,” pungkas Dickie.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Ulya Hajar Dzakiah Yahya
Editor: Ulya Hajar Dzakiah Yahya

Advertisement

Bagikan Artikel: