Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Global Connections
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Dedi Mulyadi Tegaskan Birokrat Harus Peka pada Rakyat, Bukan Hanya Mengejar Jabatan

Dedi Mulyadi Tegaskan Birokrat Harus Peka pada Rakyat, Bukan Hanya Mengejar Jabatan Kredit Foto: Rahmat Saepulloh
Warta Ekonomi, Bandung -

Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi, menyebut, seorang birokrat ideal adalah mereka yang memiliki “panca indera sempurna” artinya peka, waspada, dan mampu membaca situasi dengan cepat, termasuk perkembangan yang terjadi di jagat media sosial.

Ia menegaskan bahwa arah pembangunan di provinsi terbesar di Indonesia ini harus melahirkan pemimpin dan birokrat yang peka terhadap realitas rakyat.

Menurut Dedi, kepala desa, camat, hingga bupati harus membuka diri untuk rakyat. “Rumah kepala desa harus selalu terbuka bagi warganya. Jangan sampai warga dari ujung Sukabumi atau Cirebon kesulitan mengadu karena ruang birokrasi tertutup. Handphone camat, bupati, sampai gubernur pun harus selalu aktif, agar konektivitas antar-pemimpin berjalan seiring dan sejalan,” ujar Dedi Mulyadi dalam Rapat Paripurna Peringatan Hari Jadi ke-80 Provinsi Jawa Barat yang digelar di Gedung Merdeka, Bandung, Selasa (19/8/2025).

Baca Juga: Dedi Mulyadi Tegaskan Birokrat Harus Peka pada Rakyat, Bukan Hanya Mengejar Jabatan

Dedi menegaskan, keragaman politik, budaya, hingga kepentingan di Jawa Barat bukan penghalang untuk bersatu. Selama dilandasi kebenaran hati, keragaman justru menjadi kekuatan. 

“Kita bekerja bukan untuk dipilih kembali. Kita bekerja untuk mengabdi. Pengabdian kepada tanah Sunda, kepada masyarakat Jawa Barat, untuk menghapus kemiskinan, kebodohan, dan mengangkat derajat anak yatim,” tegasnya.

Menurutnya, pembangunan sejati tidak boleh berhenti pada periode lima atau sepuluh tahun, melainkan harus meletakkan fondasi jangka panjang demi generasi mendatang. 

Baca Juga: Kasus Gizi Buruk di Sukabumi Jadi Sorotan, Dedi Mulyadi Kritik Keras Birokrasi Pembangunan

“Pertanyaannya, apa yang kita titipkan untuk generasi Jawa Barat di masa depan? Gedung-gedung ini hasil kolonial, lalu apa warisan kita untuk anak cucu jika tidak memiliki filosofi yang mendalam?” katanya.

Dedi juga menyinggung tiga simbol utama dalam kebudayaan Sunda yang harus dijaga sebagai pilar pembangunan yakni laut, gunung, dan tanah. Laut digambarkan sebagai “putri cantik” yang harus dijaga kehormatannya, gunung melambangkan kemuliaan serta ketenteraman rakyat, sementara tanah adalah “ibu pertiwi” yang jika dirusak akan membawa durhaka bagi manusia.

“Enam bulan perjalanan saya memimpin bukanlah hasil saya pribadi, melainkan hasil gotong royong seluruh masyarakat Jawa Barat. Inilah kerangka dasar pembangunan yang tidak pernah berhenti, seiring irama angin, air, dan matahari,” pungkasnya.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Rahmat Saepulloh
Editor: Amry Nur Hidayat

Advertisement

Bagikan Artikel: