Kredit Foto: Ist
Kepala Lembaga Demografi FEB UI, I Dewa Gede Karma Wisana membuka sesi panel dengan menyoroti kondisi lansia di Indonesia yang jumlahnya terus meningkat signifikan.
Dalam paparannya yang berjudul “Pensiun Sejahtera 101: Memahami, Merencanakan, dan Mewujudkan Indonesia Masa Depan”, Ia menjelaskan bahwa meskipun usia harapan hidup semakin tinggi, kualitas hidup lansia masih belum terjamin.
Mayoritas pekerja informal—yang jumlahnya lebih dari 50% angkatan kerja—belum memiliki perlindungan pensiun yang memadai. Ia menekankan pentingnya memperluas jaminan sosial, inovasi produk mikro-pensiun, serta integrasi kebijakan agar pensiun dapat menjadi fase hidup yang bermartabat, bukan sekadar bertahan hidup.
Pakar perencanaan keuangan, Aliyah Natasya, M.Sc., CPF, IFP, menekankan bahwa risiko utama dalam menghadapi pensiun adalah inflasi, biaya kesehatan, literasi digital, dan ketidakpastian sumber pendapatan.
Dalam paparannya yg berjudul Pensiun Sejahtera, Aliyah memperkenalkan konsep “Uang Hidup, Uang Tenang, dan Uang Tumbuh” sebagai fondasi kesejahteraan pensiun.
Menurutnya, setiap individu perlu mengalokasikan dana dengan tepat agar kebutuhan rutin, proteksi kesehatan, dan investasi jangka panjang dapat terpenuhi.
"Jika gagal merencanakan, sama saja kita sedang merencanakan kegagalan,” ujarnya.
Wakil Ketua Harian Asosiasi Senior Living Indonesia (ASLI), Trisno Muldani membahas perkembangan industri layanan senior di Indonesia.
Dalam Paparannya yang berjudul Perkembangan Bisnis dan Layanan Senior/Lanjut Usia di Indonesia, Trisno menguraikan berbagai jenis hunian dan layanan untuk lansia, mulai dari senior residence, nursing home, home care service, hingga caregiver training.
ASLI mendorong kolaborasi antara pemerintah dan swasta dalam menghadirkan layanan lanjut usia yang berkualitas dan ramah senior. Harapannya, lansia dapat menjalani kehidupan yang lebih mandiri, bermartabat, dan bermakna, didukung fasilitas dan regulasi yang sesuai dengan kebutuhan mereka.
Vice President Pension Financing Department Bank Syariah Indonesia (BSI), Muhammad Taqiyuddin, menutup sesi panel dengan memaparkan berbagai solusi keuangan syariah untuk pegawai negeri dan masyarakat menjelang pensiun.
Ia mengingatkan bahwa 90% ASN di Indonesia belum siap menghadapi pensiun, sehingga berisiko menjadi beban keluarga atau kembali bekerja di usia lanjut.
BSI menawarkan produk tabungan pensiun, pembiayaan pra pensiun, investasi emas, hingga pembiayaan haji dan usaha produktif berbasis syariah. Menurutnya, persiapan finansial yang matang adalah kunci agar masa pensiun bisa dijalani dengan tenang, sejahtera, dan tetap produktif.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Ferry Hidayat
Tag Terkait:
Advertisement