Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Global Connections
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Syncracy Capital: Usaha Treasury Kripto Bisa Jadi Mesin Ekonomi Blockchain

Syncracy Capital: Usaha Treasury Kripto Bisa Jadi Mesin Ekonomi Blockchain Kredit Foto: Istimewa
Warta Ekonomi, Jakarta -

Syncracy Capital menyebut bahwa perusahaan treasury kripto yang mengakumulasi token dapat berevolusi dari sekadar spekulan menjadi mesin ekonomi jangka panjang bagi jaringan blockchain.

Co-founder Syncracy Capital, Ryan Watkins menjelaskan, perusahaan digital asset treasury adalah emiten publik yang menghimpun modal untuk membeli dan mengelola aset kripto di neraca mereka.

Baca Juga: Kripto Masih Loyo, Harga Bitcoin Kesulitan Tembus US$110.000

Ia mencatat, saat ini perusahaan-perusahaan tersebut telah memegang aset kripto utama seperti bitcoin, ether, dan lainnya dengan total nilai hampir mencapai sekitar US$105 miliar.

“Kami membayangkan beberapa perusahaan ini menjadi rekanan profit-oriented yang mirip dengan yayasan kripto, tetapi dengan mandat lebih luas untuk mengalokasikan modal, mengoperasikan bisnis, dan berpartisipasi dalam tata kelola,” ungkap Watkins, dilansir Senin (29/9).

Watkins menilai banyak pelaku pasar masih fokus pada dinamika jangka pendek, seperti harga saham dibanding nilai aset bersih (NAV), penggalangan dana, atau token populer berikutnya, yang menurutnya mengabaikan potensi jangka panjang.

Ia menekankan bahwa karena beberapa perusahaan sudah menguasai porsi signifikan dari pasokan token, perbendaharaan mereka dapat menjadi lebih dari sekadar brankas, melainkan juga pengungkit kebijakan dan produk di dalam ekosistem.

Watkins membandingkan model bisnis perusahaan digital asset treasury yang sukses sebagai kombinasi dari modal permanen seperti dana tertutup (closed-end funds), orientasi neraca seperti bank dan etos komposisi ala Berkshire Hathaway.

Yang membedakan adalah imbal hasil bagi pemegang saham berupa akumulasi kripto per saham, bukan biaya pengelolaan seperti manajer aset tradisional.

Ia menilai instrumen seperti saham biasa, obligasi konversi, dan saham preferen dapat memberikan fleksibilitas pembiayaan bagi perusahaan digital asset treasury untuk memperbesar neraca, sementara imbal hasil on-chain dapat membantu mengelola modal tersebut dari waktu ke waktu.

Namun, Watkins mengingatkan tidak semua perusahaan digital asset treasury akan bertahan. Banyak kendaraan generasi pertama kemungkinan akan memudar, dan persaingan yang semakin ketat dapat memicu konsolidasi, eksperimen pembiayaan yang lebih berani, hingga langkah neraca yang sembrono saat tekanan pasar meningkat.

Baca Juga: Dongkrak Regulasi, Australia Bakal Wajibkan Perusahaan Kripto Miliki Lisensi

“Dalam jangka panjang, yang bertahan adalah perusahaan dengan alokasi modal disiplin dan kemampuan operasional, yang dapat mendaur ulang arus kas menjadi akumulasi token, pembangunan produk, dan ekspansi ekosistem. Seiring waktu, yang dikelola terbaik dapat berevolusi menjadi ‘Berkshire Hathaway’ bagi blockchain mereka,” ujarnya.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Aldi Ginastiar

Advertisement

Bagikan Artikel: