Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Global Connections
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Utang KFC Tembus Rp3,97 Triliun, Rugi Turun Semester I 2025

Utang KFC Tembus Rp3,97 Triliun, Rugi Turun Semester I 2025 Kredit Foto: Sufri Yuliardi
Warta Ekonomi, Jakarta -

PT Fast Food Indonesia Tbk (FAST), pengelola restoran cepat saji KFC Indonesia, melaporkan penutupan 19 gerai hingga pemutusan hubungan kerja (PHK) terhadap sekitar 400 karyawan sepanjang Januari–September 2025.

Langkah efisiensi ini disampaikan Direktur FAST, Wahyudi Martono, dalam paparan publik (public expose) yang digelar secara virtual, Kamis (2/10/2025).

Wahyudi menjelaskan penutupan gerai terutama karena berakhirnya masa sewa serta relokasi ke lokasi dengan prospek pasar lebih baik. Sebagian besar gerai yang ditutup merupakan restoran yang tidak kunjung pulih sejak pandemi Covid-19 2020 dan terdampak boikot pada 2023–2024.

“Kurang lebih sekitar 400 karyawan terimbas dengan PHK,” kata Wahyudi. 

Baca Juga: BEI Pantau Pergerakan 6 Saham Berstatus UMA, Ada FAST hingga DADA

Ia menegaskan sebagian penutupan tidak permanen, melainkan relokasi demi mendorong peningkatan transaksi dine in.

Seiring restrukturisasi bisnis, liabilitas perseroan naik 16,8% menjadi Rp3,97 triliun per Juni 2025 dari Rp3,40 triliun pada akhir 2024. Wahyudi menuturkan kenaikan tersebut akibat strategi refinancing, yaitu memperpanjang tenor pinjaman melalui rollover fasilitas utang jangka pendek menjadi pinjaman jangka panjang.

Dari sisi ekuitas, FAST membukukan kenaikan tipis menjadi Rp129,94 miliar per Juni 2025 dari Rp127,73 miliar pada akhir 2024. Perbaikan ini didorong oleh efisiensi operasional dan pengurangan jumlah karyawan.

Baca Juga: Turun 58,10%, Rugi Kimia Farma (KAEF) Sisa Rp95 Miliar di Semester I 2025

Meski masih merugi, kerugian bersih FAST menurun signifikan pada semester I 2025 menjadi Rp142 miliar, dibandingkan Rp349 miliar pada periode sama 2024. Pendapatan perseroan tercatat Rp2,40 triliun, turun tipis dari Rp2,48 triliun tahun lalu.

Kontributor utama pendapatan berasal dari penjualan makanan dan minuman sebesar Rp2,39 triliun, disusul komisi penjualan konsinyasi Rp9,37 miliar dan layanan antar Rp855,98 juta. 

Dari sisi beban, perseroan berhasil menekan biaya pokok penjualan dari Rp1,06 triliun menjadi Rp961 miliar, serta distribusi dari Rp1,44 triliun menjadi Rp1,3 triliun.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Uswah Hasanah
Editor: Annisa Nurfitri

Advertisement

Bagikan Artikel: