Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Global Connections
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Laba IPCC Naik 41% di Tengah Lesunya Industri Otomotif, Apa Penopangnya?

Laba IPCC Naik 41% di Tengah Lesunya Industri Otomotif, Apa Penopangnya? Kredit Foto: IPCC
Warta Ekonomi, Jakarta -

PT Indonesia Kendaraan Terminal Tbk (IPCC) mencatat kinerja keuangan yang solid sepanjang semester I/2025 meski industri otomotif domestik tengah melambat. 

Direktur Utama IPCC Sugeng Mulyadi mengatakan, pendapatan dan laba perusahaan tumbuh dua digit berkat lonjakan ekspor, peningkatan volume impor, serta efisiensi operasional berbasis digitalisasi.

“Pendapatan kami naik sekitar 15,3% dibandingkan tahun lalu, sementara laba bersih meningkat hampir 41%,” ujar Sugeng, Senin (13/10/2025).

Ia menjelaskan, pertumbuhan tersebut didorong oleh kenaikan ekspor kendaraan lebih dari 8% dan impor yang melonjak hingga 83%, disertai penambahan terminal baru di Banjarmasin yang memperluas kapasitas layanan.

Baca Juga: IPCC Siapkan Ekspansi Kapasitas dan Infrastruktur EV untuk Antisipasi Pertumbuhan Ekspor Kendaraan

Sugeng menyebutkan, aktivitas internasional masih menjadi penopang utama kinerja IPCC dengan kontribusi 70–80% terhadap total pendapatan. 

Saat ini, IPCC melayani ekspor kendaraan ke 93 negara di tiga kawasan besar, yakni Asia Tenggara, Timur Tengah, dan Amerika Latin. Beberapa negara tujuan utama di Asia Tenggara meliputi Filipina, Vietnam, Thailand, Malaysia, dan Singapura. Sementara di Timur Tengah, Arab Saudi menjadi pasar ekspor terbesar, diikuti Meksiko, Chile, dan Peru di Amerika Latin.

Menurut Sugeng, kuatnya kinerja ekspor turut menegaskan posisi IPCC sebagai pemain penting dalam rantai logistik otomotif nasional. 

“Bisnis internasional memberikan kontribusi signifikan dan menjadi faktor utama peningkatan kinerja kami di tengah penjualan domestik yang stagnan,” ujarnya.

Baca Juga: Pembiayaan Produktif Multifinance Terus Menguat di Tengah Lesunya Otomotif

Di sisi lain, IPCC juga mencatat efisiensi biaya berkat penerapan digitalisasi dan otomasi di seluruh terminal kendaraan. Sistem digital Pelindo Terminal Operating System (PITOS) memungkinkan proses penanganan kargo menjadi lebih cepat, transparan, dan terukur. 

“Dengan digitalisasi, proses operasional menjadi lebih efisien dan paperless, sehingga margin keuntungan meningkat tanpa perlu menambah beban besar,” kata Sugeng.

Kinerja keuangan yang solid turut memperkuat posisi keuangan perusahaan. IPCC tercatat tidak memiliki utang bank dan mampu menjaga kas yang kuat. 

Hingga semester I/2025, saldo kas perusahaan mencapai sekitar Rp800 miliar dan diperkirakan menembus Rp1 triliun pada akhir tahun. Kondisi itu memungkinkan IPCC menjaga kebijakan pembagian dividen tinggi tanpa mengorbankan rencana ekspansi.

“Dengan EBITDA sekitar Rp380 miliar, kami masih bisa membayar dividen hingga 80% sekaligus menyiapkan dana pengembangan,” ujar Sugeng. 

Baca Juga: Pajak Mobil Tembus 40%, Penjualan Otomotif Nasional Anjlok

Ia menegaskan, IPCC tetap berkomitmen menjaga keseimbangan antara imbal hasil bagi pemegang saham dan penguatan kapasitas bisnis.

Sugeng menambahkan, dengan kas yang solid dan tanpa beban bunga, IPCC memiliki ruang yang luas untuk melakukan ekspansi terminal serta meningkatkan volume kargo ekspor di masa mendatang. 

“Kondisi keuangan yang sehat ini menjadi modal utama kami untuk tumbuh lebih agresif dan berkelanjutan,” ucapnya.

Ke depan, IPCC menargetkan pertumbuhan laba bersih tahunan di kisaran 10–20% secara berkelanjutan, seiring peningkatan aktivitas ekspor otomotif Indonesia dan rencana pemerintah menembus target ekspor kendaraan hingga 1 juta unit per tahun.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Uswah Hasanah
Editor: Annisa Nurfitri

Advertisement

Bagikan Artikel: