Kredit Foto: Instagram @kemenpppa
Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA), Arifah Fauzi, menegaskan sekolah bukan hanya tempat belajar, namun ruang aman bagi tumbuh kembang anak.
Sehingga dirinya menekankan kesemalatan anak harus menjadi prioritas semua pihak. Ia pun menyampaikan keprihatinan mendalam atas insiden ledakan di Masjid SMA Negeri 72 Jakarta, Kelapa Gading.
Baca Juga: Menteri PPPA Dorong Aceh Perkuat Pencegahan dan Penanganan Kekerasan Terhadap Perempuan dan Anak
"Kami menyampaikan keprihatian yang mendalam atas insiden tersebut dan korbannya adalah anak-anak di lingkungan sekolah yang harusnya mereka merasa aman. Ini adalah peristiwa yang mengejutkan kita semua," ucapnya, dikutip dari siaran pers Kemen PPPA, Senin (10/11).
Kementerian PPPA telah melakukan koordinasi intensif dengan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta, melalui Dinas Pemberdayaan, Perlindungan Anak dan Pengendalian Penduduk (PPAPP). Tim layanan dan UPTD PPA bersama jejaring psikolog dan tenaga pendamping telah dikerahkan untuk memberikan dukungan psikososial kepada para siswa yang mengalami trauma. Selain itu, Kemen PPPA memastikan agar kebutuhan medis dan informasi bagi keluarga korban dapat terpenuhi secara cepat dan tepat.
“Kami juga terus menjalin koordinasi dengan Dinas Pendidikan DKI Jakarta, aparat keamanan, serta pihak sekolah untuk memastikan penanganan berjalan cepat, terarah, dan berorientasi pada kepentingan terbaik bagi anak. Pentingnya kerja lintas sektor agar setiap langkah yang diambil tidak hanya berfokus pada pemulihan fisik, tetapi juga kondisi mental dan emosional anak-anak yang terdampak,” kata Menteri PPPA.
Menteri PPPA mengatakan kejadian ini menjadi pengingat kuat keamanan sekolah dan perlindungan anak merupakan hal yang tidak bisa ditawar. Ia menegaskan komitmen Kemen PPPA untuk memperkuat implementasi Sekolah Ramah Anak, sistem anti-perundungan, serta deteksi dini terhadap tekanan psikologis dan perilaku berisiko pada pelajar.
“Kami menegaskan tidak ada toleransi terhadap segala bentuk ancaman yang membahayakan anak. Karena itu, pemerintah daerah, sekolah, dan masyarakat perlu memperkuat kewaspadaan dan memastikan sistem perlindungan anak berjalan tanpa celah,” ujar Menteri PPPA.
Selain penanganan medis, pemulihan psikologis anak-anak yang mengalami shock menjadi perhatian utama. Anak-anak yang menjadi saksi maupun korban memiliki risiko tinggi mengalami kecemasan dan ketakutan berkepanjangan. Kemen PPPA mendorong sekolah dan keluarga untuk membuka ruang komunikasi yang hangat dan responsif, sehingga anak dapat merasa aman dan didengar.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Ulya Hajar Dzakiah Yahya
Editor: Ulya Hajar Dzakiah Yahya
Advertisement