Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Global Connections
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Kekhawatiran Pasar Tenaga Kerja Menekan Dolar AS

Kekhawatiran Pasar Tenaga Kerja Menekan Dolar AS Kredit Foto: Antara/Putu Indah Savitri
Warta Ekonomi, Jakarta -

Dolar Amerika Serikat (AS) melemah terhadap euro dan yen pada perdagangan di Selasa (11/11). Hal ini menyusul kekhawatiran pasar atas memburuknya kondisi tenaga kerja setelah laporan menunjukkan penurunan lapangan kerja untuk sektor swasta di Negeri Paman Sam.

Dilansir dari Reuters, Rabu (12/11), Indeks Dolar (DXY), yang mengukur kinerja greenback terhadap sekeranjang mata uang utama termasuk euro dan yen, turun 0,24% menjadi 99,39.

Baca Juga: The Fed: Kebijakan Imigrasi Trump Bukan Penyebab Rendahnya Pertumbuhan Tenaga Kerja AS

ADP Research mengatakan bahwa perkiraan awal menunjukkan pemberi kerja swasta kehilangan pekerjaan per minggu rata-rata mencapai 11.250 di Oktober 2025.

Laporan tersebut muncul ketika pemerintah federal bergerak menuju pembukaan kembali setelah penutupan terpanjang dalam sejarah dari AS. Langkah ini diperkirakan akan memunculkan kembali arus data ekonomi yang selama ini tertunda dan bisa menandakan pelemahan ekonomi lebih lanjut.

“Ketika pemerintah ditutup, aliran berita hampir tidak ada. Begitu pemerintah dibuka kembali, saya pikir kita akan mulai melihat lebih banyak tanda-tanda retakan ekonomi,” kata Kepala Strategi Pasar Bannockburn Global Forex, Marc Chandler.

Senat telah menyetujui kompromi untuk mengakhiri penutupan pemerintahan, mengakhiri kebuntuan selama berminggu-minggu yang telah mengganggu bantuan pangan jutaan warga, membekukan gaji pegawai federal, dan mengacaukan jadwal penerbangan nasional.

Dolar Amerika Serikat sendiri sebelumnya sempat menguat sejak pertengahan bulan lalu karena pelaku pasar memperkirakan lebih sedikit pemangkasan suku bunga seiring prospek pertumbuhan ekonomi yang lebih positif.

Baca Juga: The Fed: Pertumbuhan Stablecoin Bisa Pengaruhi Kebijakan Moneter AS

Namun, Federal Reserve (The Fed) tetap berhati-hati terhadap pemotongan lebih lanjut karena kekhawatiran atas inflasi yang masih tinggi.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Aldi Ginastiar

Advertisement

Bagikan Artikel: