Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Global Connections
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Indonesia Berpeluang Jadi Pemimpin Pariwisata Asia, Tapi Harus Berani Naik Kelas

Indonesia Berpeluang Jadi Pemimpin Pariwisata Asia, Tapi Harus Berani Naik Kelas Kredit Foto: InJourney
Warta Ekonomi, Jakarta -

Indonesia dinilai memiliki peluang besar menjadi pemain utama pariwisata Asia, namun sejumlah pekerjaan rumah mendesak harus dibenahi. 

CEO Liberty International Tourism Group, Mario Enzesberger, menegaskan bahwa konektivitas, kualitas hotel, dan strategi pengembangan destinasi yang lebih terarah menjadi faktor penentu jika Indonesia ingin naik kelas.

“Asia sempat menjadi kawasan yang paling lama tertutup selama pandemi, sehingga begitu dibuka kembali, permintaan langsung meledak,” kata Enzesberger dalam keterangannya, Jumat (14/11/2025).

Momentum kebangkitan itu, menurutnya, harus dimanfaatkan Indonesia untuk memperkuat daya saing regional.

Baca Juga: Kementerian Ekraf Sambut Baik Rencana Kolaborasi dengan EVOS Esports

Ia menekankan bahwa Indonesia memiliki modal kuat berupa kekayaan alam, budaya, dan standar pelayanan yang disebutnya “sudah jauh lebih baik dari Eropa.” Namun, dua sektor krusial perlu percepatan: aksesibilitas dan kapasitas akomodasi.

 "Indonesia perlu memperkuat konektivitas, menambah hotel berkualitas, serta menghadirkan penawaran yang dibuat dengan cerdas tanpa kembali ke pariwisata massal,” ujarnya.

Enzesberger menilai fokus pada segmen menengah ke atas menjadi strategi paling realistis mengingat perubahan selera pasar global menuju pengalaman yang lebih personal dan bermakna. Ia juga menyoroti pentingnya mendorong wisatawan untuk tinggal lebih lama. 

“Anda harus berusaha membuat wisatawan tinggal selama mungkin di negara yang indah ini,” katanya.

Sektor MICE disebut sebagai salah satu kekuatan besar yang belum dimaksimalkan. Menurutnya, Indonesia memiliki peluang untuk menjadi pemain utama jika mampu menggarap layanan, kenyamanan, konektivitas antarlokasi, dan pengalaman lokal secara konsisten. 

Baca Juga: Wamen Ekraf Sorot Keunikan Kolborasi Pokemon dengan Industri Kreatif Tradisional

“Asia punya pelayanan terbaik di dunia. Itu saja sudah modal besar untuk menjadi pemain kuat di industri MICE global,” ujarnya.

Tren pergeseran dari pariwisata massal menuju meaningful tourism juga menjadi momentum yang perlu ditangkap. Wisata masa depan, katanya, bukan lagi sekadar foto di destinasi populer, melainkan pengalaman komprehensif mencakup budaya, aktivitas luar ruang, kuliner, hingga wellness. 

“Orang ingin melihat lebih dalam, memahami destinasi, bahkan mencium aroma dan merasakan sentuhan pengalaman yang otentik,” jelasnya.

Konektivitas udara tetap menjadi prasyarat utama bagi pertumbuhan pariwisata. Enzesberger mencontohkan Singapura sebagai hub efektif yang mampu mendistribusikan wisatawan ke negara-negara sekitar, termasuk Indonesia. 

“Asia sudah punya bandara dan maskapai yang hebat. Masa depan perjalanan akan semakin mudah dengan otomatisasi, tanpa antrean, cukup dengan wajah sebagai kunci,” katanya.

Baca Juga: Malaysia dan Singapura Pasar Utama Pariwisata Indonesia

Ia menilai teknologi dan kecerdasan buatan (AI) akan menjadi katalis perubahan industri perjalanan dalam jangka panjang, meski arah perkembangannya belum sepenuhnya terlihat. 

“Kita semua belum tahu ke mana AI akan membawa pariwisata. Tapi pasti AI akan menjadi bagian dominan dari masa depan industri ini,” katanya. 

Indonesia dinilai dapat memanfaatkan AI dan media sosial untuk memperkuat branding sebagai destinasi kelas dunia.

Liberty International Tourism Group disebut sedang memperluas ekspansi di Asia. Pada 2026, perusahaan berencana membuka lebih banyak kantor baru di Indonesia, Singapura, dan Malaysia. 

“Kami melihat Asia sebagai pasar masa depan. Kami ingin terlibat langsung dalam pertumbuhan luar biasa ini,” ujar Enzesberger.

Baca Juga: Jabar–Shizouka Jepang Jajaki Kerja Sama Industri dan Pariwisata, Bahas Peluang Tenaga Kerja Indonesia di Negeri Sakura

Dalam pandangannya, Asia kini telah melampaui Eropa dalam hal kualitas layanan dan perhotelan. 

“Kalian di Asia sudah berada di tingkat yang sangat baik. Hanya perlu sedikit memperkuat kebijakan MICE dan diferensiasi untuk memenuhi kebutuhan berbagai kebangsaan,” katanya.

Menutup pandangannya tentang masa depan pariwisata Asia, Enzesberger menjawab singkat: “Hebat.”

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Rahmat Dwi Kurniawan
Editor: Djati Waluyo

Tag Terkait:

Advertisement

Bagikan Artikel: