- Home
- /
- New Economy
- /
- Energi
Inalum Kejar Produksi 520 Ribu Ton dari Kuala Tanjung: Pasokan Listrik Jadi Taruhan
Kredit Foto: Khairunnisak Lubis
PT Indonesia Asahan Aluminium (Inalum) tengah menyiapkan ekspansi besar fasilitas pemurnian aluminium di Kuala Tanjung, Sumatera Utara. Proyek new potline keempat yang ditargetkan mulai beroperasi pada 2029 dan optimal pada 2031 ini membutuhkan tambahan pasokan listrik sebesar 406 megawatt (MW) untuk mendukung peningkatan kapasitas produksi dari 275 Kilo Tonnes Per Annum (KTPA) menjadi hingga 520 KTPA.
Direktur Utama Inalum, Melati Sarnita, menegaskan bahwa kebutuhan daya ini bersifat kritikal mengingat proses peleburan aluminium merupakan industri berenergi tinggi yang harus beroperasi 24 jam tanpa henti.
“Proyek keempat adalah new potline 4 Kuala Tanjung dengan optimalisasi proses dari 2029 sampai 2031,” ujarnya dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) bersama Komisi VI DPR RI, Kamis (20/11/2025).
Baca Juga: Industri Nikel Makin Tangguh, MIND ID Jadi Penopang Utama Hilirisasi Nasional
PLTA Siguragura dan Tangga Tidak Cukup untuk Ekspansi
Saat ini, Inalum hanya mengandalkan dua pembangkit listrik tenaga air (PLTA) — Siguragura dan Tangga — dengan kapasitas total 603 MW. Namun setelah seluruh potline beroperasi dan kapasitas smelter meningkat, kebutuhan total daya Inalum akan mendekati 1 GW atau sekitar 915 MW. Dengan demikian, tambahan 406 MW menjadi kebutuhan mutlak yang tidak dapat dipenuhi oleh dua PLTA eksisting.
Melati mengatakan pembangunan pembangkit baru tidak dapat dimasukkan sebagai belanja modal perusahaan. Karena itu, opsi pembelian listrik akan ditempuh, baik melalui PLN maupun independent power producer (IPP) jika PLN belum mampu memenuhi kebutuhan.
Melati juga menjelaskan bahwa perusahaan kini tengah mengadopsi teknologi terbaru guna meningkatkan efisiensi energi.
Baca Juga: Dari 1929 hingga Kini, PLTA Tonsealama Jadi Saksi Sejarah Listrik Indonesia
“Untuk satu ton aluminium diperlukan sekitar 14.000 kWh. Dengan teknologi baru kami berharap bisa turun ke 13.500 kWh. Dari desain awal 14.400 kWh, dengan upgrading di Potline II kami berhasil menurunkan menjadi 14.100 kWh. Kami juga sudah mendapatkan sertifikasi carbon footprint sehingga memenuhi persyaratan green product termasuk ketentuan CBAM di Eropa," tegasnya.
Biaya Produksi Berpotensi Naik 5% Jika Beli Listrik PLN
Inalum selama ini menikmati biaya listrik sangat murah dari PLTA, yakni sekitar 1,2 sen per kWh. Sementara tarif dasar listrik PLN saat ini berada di Rp 996,74 per kWh.
Melati menyebutkan bahwa peningkatan penggunaan listrik PLN akan berdampak pada struktur biaya perusahaan.
“Kalau kita tambah dengan PLN itu bisa sampai 1,97 sen. Sekitar 5 persen (kenaikan biaya produksi)," tambahnya.
Baca Juga: Krakatau Steel Kritis, Pengamat Nilai Integrasi ke MIND ID Jalan Terbaik
Meski demikian, Inalum menyampaikan bahwa margin yang mencapai 24% di Kuala Tanjung masih cukup kuat untuk menahan dampak tersebut.
PLN: Cadangan Daya Sumut Memadai, Siap Pasok 406 MW Secara Bertahap
Direktur Retail dan Niaga PLN, Adi Priyanto, menegaskan kesiapan PLN untuk mendukung ekspansi Inalum di Kuala Tanjung.
“Sistem Sumatera Utara saat ini memiliki daya mampu 2.736 megawatt dengan beban puncak 2.297 megawatt, sehingga tersisa cadangan sebesar 439 megawatt," jelasnya.
PLN merencanakan kebutuhan tambahan Inalum akan dipenuhi secara bertahap yakni;
- 2029: sekitar 200 MW
- 2031: total 406 MW
Demi menjaga green product dari Inalum, PLN menegaskan bahwa suplai listrik nantinya akan diupayakan maksimal dari pembangkit energi baru terbarukan (EBT) yang tersedia di Sumatera Utara, seperti PLTA Asahan dan PLTA Batang Toru serta PLTP Sarulla.
Baca Juga: PLN – Uni Eropa Sinergi Bangun Infrastruktur Listrik Hijau, Percepat Target NZE 2060
Masuk RUPTL dan Ditopang Jaringan 500 kV Baru
Direktur Transmisi dan Perencanaan Sistem PLN, Edwin Nugraha, menyatakan bahwa kebutuhan listrik Inalum sudah resmi masuk dalam RUPTL 2025–2034. Pembangkit yang dialokasikan untuk menopang suplai kepada Inalum mencakup:
- PLTA Asahan I
- PLTA Asahan III
- Ekspansi PLTA Asahan I
- PLTP Sarulla 330 MW
- PLTA Batang Toru 510 MW
Seluruh sistem kelistrikan ini akan diperkuat oleh backbone transmisi 500 kV yang sedang dibangun, meliputi:
- Perawang – Peranap
- Peranap – Rantau Prapat
- Rantau Prapat – Galang
Proyek ini juga akan dilengkapi dengan pembangunan GITET 500 kV Kuala Tanjung sebagai terminal utama suplai untuk smelter.
“Rencananya transmisi 500 kV ini rampung 2028 untuk inline dengan kebutuhan 2029 sebesar 406 MW,” jelas Edwin.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Rahmat Dwi Kurniawan
Editor: Djati Waluyo
Tag Terkait:
Advertisement