SMBC TechConnect Soroti Bahaya dari AI, Ternyata Bukan Menggantikan Pekerjaan Manusia!
Kredit Foto: Ist
Kekhawatiran publik bahwa kecerdasan buatan (AI) akan menggantikan pekerjaan dinilai bukan ancaman terbesar dari teknologi tersebut. Founder Kata.ai Irzan Raditya menegaskan bahwa risiko utama yang dihadapi saat ini adalah penyebaran misinformasi dan disinformasi, sebagaimana disampaikan dalam acara SMBC Indonesia TechConnect di Jakarta, Senin (24/11/2025).
Irzan menjelaskan bahwa AI hadir membawa kemudahan sekaligus risiko bagi penggunanya. Menurutnya, teknologi ini bekerja layaknya double-edged sword yang memberikan manfaat luas namun juga menimbulkan potensi dampak negatif.
“AI itu datang saat ini dengan banyak sekali manfaat. Namun, AI is a double-edged sword. Ada kemudahan dan tantangannya, ada risikonya,” ujar Irzan dikutip Senin (24/11/2025).
Ia menilai kekhawatiran masyarakat tentang hilangnya pekerjaan akibat otomatisasi merupakan reaksi yang wajar.
Baca Juga: AI Journey 2025 Soroti Pentingnya Solusi Berbasis AI dan Kolaborasi Global
“Ketakutan masyarakat akan AI menggantikan pekerjaan, menurut saya itu hal yang sangat manusiawi. Karena sejatinya kita manusia adalah makhluk survival,” kata Irzan. Namun, ia menekankan bahwa ancaman terbesar bukan pada pergeseran pekerjaan.
Mengutip laporan World Economic Forum Global Risks 2024, Irzan menyatakan bahwa isu utama yang perlu diwaspadai adalah meningkatnya misinformasi dan disinformasi yang dipicu kemampuan AI dalam menghasilkan konten yang tampak kredibel.
“Tantangan AI saat ini, ini bukan kata saya, tapi kata World Economic Forum Global Risk tahun 2024. Itu bukan job replacement, bukan job displacement. Namun apa? Misinformation dan disinformation,” tegasnya.
Baca Juga: Dari AI hingga Hybrid Working, IWG Rilis 10 Tren Kerja di Tahun 2026
Dalam presentasi yang ditampilkan pada sesi tersebut, Irzan menunjukkan bagaimana teknologi generatif dapat menghasilkan teks, gambar, hingga video yang sulit dibedakan dari konten asli. Kondisi ini membuka ruang bagi penyalahgunaan, terutama di sektor publik, layanan finansial, dan ruang digital yang rentan terhadap manipulasi narasi.
Ia menambahkan bahwa risiko tersebut menuntut profesional dan pengguna umum untuk memahami etika pemanfaatan AI serta meningkatkan literasi digital. Irzan menegaskan bahwa pendekatan penggunaan yang bertanggung jawab menjadi kunci untuk meminimalkan dampak negatif tanpa menghambat peluang teknologi tersebut.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Ida Umy Rasyidah
Editor: Annisa Nurfitri
Tag Terkait:
Advertisement