Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Global Connections
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Perlindungan dan Pemenuhan Hak Anak Investasi Penting Wujudkan Indonesia Emas 2045

Perlindungan dan Pemenuhan Hak Anak Investasi Penting Wujudkan Indonesia Emas 2045 Kredit Foto: Sufri Yuliardi
Warta Ekonomi, Jakarta -

Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA), Arifah Fauzi menegaskan perlindungan dan pemenuhan hak anak sebagai investasi penting untuk mewujudkan Visi Indonesia Emas 2045.

Pasalnya menurutnya anak merupakan sumber daya manusia yang potensial bagi kemajuan bangsa, sehingga dirinya menekankan pentingnya pendidikan berkualitas serta lingkungan belajar yang aman, bebas kekerasan, dan bebas perundungan sebagai fondasi pembentukan karakter dan daya saing generasi mendatang.

Baca Juga: Menteri PPPA Dorong Pemenuhan Hak Anak

Melalui Program KREASI, Kemen PPPA berkolaborasi dengan Kemendikdasmen, Kementerian Agama, Save the Children Indonesia dan Konsorsium Mitra Pendidikan Indonesia untuk memperkuat literasi, numerasi, karakter, dan budaya sekolah yang inklusif serta ramah anak.

Menteri PPPA juga memberikan apresiasi kepada para guru sebagai garda terdepan pendidikan. “Kami mengajak seluruh mitra untuk menjaga ruang aman bagi anak di rumah, sekolah, dan komunitas, karena perlindungan anak adalah kerja bersama,” ungkapnya, dikutip dari siaran pers Kemen PPPA, Selasa (25/11).

Kepada anak-anak Indonesia, Menteri  PPPA berpesan untuk terus berkarya dan berani bermimpi. “Jadilah pelopor dan pelapor pemenuhan hak anak. Mari jadikan momentum ini sebagai komitmen menuju Indonesia yang ramah anak, perempuan berdaya, anak terlindungi, menuju Indonesia Emas 2045,” tambah  Menteri PPA.

Plt. Deputi Bidang Perlindungan Khusus Anak, Ratna Susianawati menegaskan bahwa Indonesia memiliki potensi besar dengan sepertiga penduduk adalah anak, sehingga mereka harus dipersiapkan sejak dini.

“Survei pengalaman hidup anak (SNPHAR) 2018 dan 2024 menunjukkan kekerasan terhadap anak menurun dari 61,7% (laki-laki) dan 62% (perempuan) pada 2018 menjadi 49,83% (laki-laki) dan 51,78% (perempuan) pada 2024 temuan ini menegaskan perlunya sinergi lintas kementerian, pemerintah daerah, dunia usaha, akademisi, masyarakat, dan media untuk mempercepat perlindungan anak” ungkap Plt. Deputi Bidang Perlindungan Khusus Anak

Plt. Deputi Bidang Perlindungan Khusus Anak menyampaikan Kemen PPPA terus memperkuat pencegahan dari keluarga, sekolah, komunitas, Media dan memastikan partisipasi bermakna anak melalui Forum Anak. 

Selain itu Kemen PPPA juga mengembangkan Ruang Bersama Indonesia (RBI) sebagai model desa ramah perempuan dan anak. “Melalui layanan SAPA 129 dan UPTD PPA, negara memastikan penanganan kasus berjalan cepat, terintegrasi, dan berpihak pada korban,” ujar Plt. Deputi Bidang Perlindungan Khusus Anak

CEO Smartrick Indonesia, Galih Sulistiyanigra menyoroti kesenjangan akses dan kualitas pendidikan yang ia temukan selama 10 tahun pengalaman mengajar di sekolah internasional hingga sekolah negeri. 

“Saya melihat banyak anak belum mendapatkan lingkungan belajar yang aman dan manusiawi. Karena itu saya mendorong pendidikan yang inklusif, anti kekerasan, dan berpihak pada kebutuhan anak,” ungkap CEO Smartrick Indonesia

CEO Smartrick Indonesia  menyampaikan Pendidikan tidak bisa berjalan sendiri. Keluarga, guru, masyarakat, dan negara harus bergerak bersama untuk mematahkan stigma dan mendorong perubahan.

Kepala Pusat Penguatan Karakter Kemendikdasmen, Ruspita Putri Utami menekankan pentingnya budaya belajar yang aman, nyaman, dan gembira di tengah tantangan seperti kecanduan gawai, isu kesehatan mental remaja, dan faktor psikososial.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Ulya Hajar Dzakiah Yahya
Editor: Ulya Hajar Dzakiah Yahya

Advertisement

Bagikan Artikel: