Kredit Foto: Cloudera
Bank of America (BofA) memproyeksikan pertumbuhan ekonomi global yang kuat pada tahun mendatang, didorong oleh meningkatnya investasi pada teknologi kecerdasan buatan (AI) meski akan terhadap votalitas terkait dengan hal tersebut di dunia.
Kepala Riset Global Bank of America, Candace Browning mengatakan bahwa pihaknya meyakin akan ada pertumbuhan kuat secara tahunan dari Produk Domestik Bruto (PDB) Amerika Serikat. Ia akan tumbuh 2,4% di 2026.
Baca Juga: Rayakan Harbolnas 12.12, Tokopedia–TikTok Shop Genjot Ekonomi Digital
Hal serupa juga akan dirasakan oleh China. Menurutnya, pertumbuhan ekonomi negara tersebut diprediksi melampaui ekspektasi, dengan proyeksi 4,7% di 2026.
Menurutnya, hal tersebut akan tercapai ditopang oleh investasi bisnis, stimulus fiskal dan pemangkasan suku bunga terbaru. Faktor utama dalam proyeksi tersebut adalah kecerdasan buatan. Lonjakan investasi dalam hal tersebut dinilai telah mulai mengangkat pendapatan domestik bruto kedua negara..
“Kami optimistis terhadap dua ekonomi paling berpengaruh,” kata Candace Browning, dilansir dari Reuters, Kamis (4/12).
Browning menyebut kekhawatiran mengenai gelembung akal imitasi berlebihan. Sementara investasi modal terkait akal imitasi diperkirakan meningkat lebih jauh tahun depan, mendukung potensi siklus investasi baru.
Namun Bank of America memperingatkan potensi turbulensi. Seiring investor dan pembuat kebijakan memperoleh gambaran lebih jelas mengenai bagaimana akal imitasi memengaruhi inflasi, pasar tenaga kerja dan rantai pasok, pasar keuangan dapat mengalami pergerakan tajam.
Ia menyoroti berlanjutnya pemulihan ekonomi berbentuk K. Hal itu di mana beberapa sektor melesat sementara sektor lain tertinggal, sebagai tantangan tambahan.
Kesenjangan tersebut dapat melebar jika akal imitasi meningkatkan produktivitas terutama pada sektor teknologi dan keuangan, sementara sektor yang bergerak lebih lambat tertinggal. Konsekuensinya adalah munculnya ekonomi dua kecepatan yang sulit dikelola dengan instrumen tradisional, meningkatkan risiko salah harga aset dan penyesuaian nilai secara mendadak.
Pasar negara berkembang diperkirakan mendapat manfaat dalam jangka pendek, terutama jika dolar melemah dan harga minyak tetap rendah. Bank of America mencatat bahwa kawasan tersebut kemungkinan mencatat kinerja lebih kuat pada 2026.
Baca Juga: Konsumsi dan Belanja Pemerintah Dongkrak Pertumbuhan Ekonomi di Akhir 2025
Bagi beberapa negara berkembang yang langsung mengadopsi sistem digital alih-alih infrastruktur lama, bertambahnya permintaan akal imitasi dapat membuka peluang teknologi alternatif.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Aldi Ginastiar
Advertisement