Dukung Moratorium Hutan, LSI: Kepemimpinan Hijau ala Dedi Mulyadi Patut Dicontoh Kepala Daerah Lain
Kredit Foto: Rahmat Saepulloh
Direktur Eksekutif Citra Komunikasi LSI Denny JA, Toto Izul Fatah menilai Indonesia membutuhkan lebih banyak kepala daerah yang memiliki kepedulian kuat terhadap lingkungan sebagaimana ditunjukkan Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi.
Di tengah meningkatnya bencana hidrometeorologis, Toto menilai kebijakan KDM sapaan akrab Dedi Mulyadi menjadi contoh nyata kepemimpinan yang berpihak pada kelestarian alam.
Hal tersebut disampaikan Toto di Jakarta, Rabu (3/12/2025), menanggapi langkah cepat Gubernur KDM yang memberlakukan moratorium penebangan hutan di wilayah Jawa Barat.
Baca Juga: Dedi Mulyadi: Manifesto MMS 2045 Jadi Peta Jalan Baru Peradaban Sunda
Menurut Toto, kebijakan tersebut merupakan sikap berani dan strategis demi mencegah bencana alam di masa mendatang.
"Apa yang dilakukan Kang Dedi adalah respons cepat sekaligus ketegasan dalam menghadapi potensi bencana. Ini pilihan sikap yang harusnya menginspirasi kepala daerah lain," ujarnya.
Toto menjelaskan, kepedulian Gubernur KDM terhadap lingkungan bukan sikap yang muncul tiba-tiba. Sejak lama, KDM dikenal memegang teguh nilai-nilai leluhur Sunda yang menempatkan alam sebagai bagian yang harus dijaga.
Filosofi "leuweung kudu caian, sagara kudu awian, lengkob kudu balongan, lebak kudu sawahan" kerap menjadi pesan yang ia sampaikan dalam berbagai kesempatan.
Salah satu tindakan tegas Gubernur KDM yang menjadi perhatian publik adalah pembongkaran vila mewah sekaligus tempat wisata di kawasan Puncak, Bogor, yang dinilai berpotensi menimbulkan longsor. Ia juga menyasar bangunan liar yang mengganggu aliran sungai di sejumlah daerah di Jawa Barat.
"Dalam pandangan Kang Dedi, merusak alam sama dengan merusak diri sendiri. Itu pesan para leluhurnya, dan itu pula yang menjadi dasar kebijakannya," kata Toto.
Toto menilai gagasan ekoteologis Gubernur KDM tercermin dalam ajakannya agar masyarakat dan pemerintah daerah mengubah pola pikir terhadap alam. Bukan sebagai penguasa hutan, melainkan pengelola yang diberi amanah.
"Bagi Kang Dedi, merawat hutan adalah pesan Tuhan yang masuk dalam kategori ibadah sosial. Itulah yang terus ia dorong dalam setiap kebijakan," tambahnya.
Ia menegaskan bahwa pelestarian alam merupakan nilai universal yang hadir dalam seluruh ajaran agama. Dalam Kekristenan dikenal konsep imago dei, bahwa manusia adalah cerminan Tuhan sehingga harus menjaga ciptaan-Nya.
Dalam Hindu ada Tri Hita Karana yang menekankan harmoni manusia dan alam. Dalam Buddhisme terdapat Pratityasamutpada, ajaran keterhubungan semua makhluk. Bahkan dalam kepercayaan Sunda Wiwitan terdapat konsep Sasaka Domas, yang memandang alam sebagai ruang sakral.
"Seluruh ajaran ini seharusnya menjadi kesadaran kolektif bangsa. Jangan sampai ada anggapan bahwa politisi hanya sibuk menangani bencana, tapi kurang peduli pada pencegahannya," pungkasnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Rahmat Saepulloh
Editor: Amry Nur Hidayat
Tag Terkait:
Advertisement