Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Global Connections
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Meski Suku Bunga Dipangkas The Fed, Harga Bitcoin Turun ke US$90.000

Meski Suku Bunga Dipangkas The Fed, Harga Bitcoin Turun ke US$90.000 Kredit Foto: Unsplash/Kanchanara
Warta Ekonomi, Jakarta -

Harga bitcoin kembali bergerak melemah pada Kamis (11/12). Federal Reserve (The Fed) memangkas suku bunga acuan dengan pasar menilai bahwa ruang pelonggaran ke depan semakin terbatas, namun hal ini tak mengerek harga bitcoin.

Dilansir dari Coinmarketcap, Harga bitcoin diperdagangkan dalam kisaran dari US$90.000. Pemangkasan suku bunga biasanya dianggap positif bagi aset berisiko karena menurunkan biaya pinjaman, namun pergerakan bitcoin justru berkebalikan.

Baca Juga: Tak Lagi Risk-off, Siklus Empat Tahunan Bitcoin Mulai Terganggu

Analis Senior HashKey Group, Tim Sun mengatakan bahwa penurunan ini mencerminkan pasar yang memproyeksikan masa depan dengan risiko ekonomi yang lebih besar dibandingkan manfaat pemangkasan saat ini.

“Penurunan bitcoin setelah pemangkasan bukan reaksi terhadap keputusan itu sendiri, melainkan pasar yang menilai lebih awal lingkungan makro yang lebih kompleks,” kata Tim Sun.

Kekhawatiran utama adalah semakin kecilnya peluang bagi bank sentral untuk kembali memangkas suku bunga. Meski Ketua Fed Jerome Powell tidak memberikan sinyal hawkish, dot plot terbaru menunjukkan ekspektasi pemangkasan pada tahun depan direvisi turun, mengisyaratkan siklus pelonggaran mendekati akhir.

Sun juga menyoroti potensi perubahan politik dan ekonomi pada tahun depan sebagai risiko penting, apalagi dengan sikap yang sering ditunjukkan oleh Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump.

“AS akan menggelar pemilu sela pada tahun depan, dan pemerintah akan membutuhkan kebijakan fiskal longgar serta bank sentral yang lebih dovish untuk menjaga pertumbuhan ekonomi dan pasar. Ini dapat menciptakan kombinasi stimulus fiskal dan pelonggaran moneter,” ujarnya.

Namun, kombinasi tersebut berpotensi memicu kembali inflasi dan mendorong kenaikan suku bunga jangka panjang. Jika hal itu terjadi, aset berisiko global akan tertekan, termasuk Bitcoin yang sensitif terhadap suku bunga.

Baca Juga: Michael Saylor: Dengan Kredit Bitcoin, Timur Tengah Berpeluang Jadi 'Swiss Abad ke-21'

Sun juga menambahkan bahwa lonjakan belanja modal yang didorong akal imitasi, beserta kenaikan biaya energi dan infrastruktur, dapat menciptakan inflasi yang lebih persisten.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Aldi Ginastiar

Advertisement

Bagikan Artikel: