Kredit Foto: Kementerian ESDM
Harga minyak dunia melemah pada perdagangan di Kamis (11/12). Hal ini terjadi seiring meningkatnya fokus investor pada geopolitik serta laporan surplus besar persediaan bahan bakar di Amerika Serikat (AS).
Dilansir dari Reuters, Jumat (12/12), Minyak Brent ditutup turun 1,49% menjadi US$61,28. Sementara West Texas Intermediate (WTI) berakhir melemah 1,47% ke US$57,60.
Baca Juga: NATO Sebut Konflik Sudah Depan Mata, Jadi Target Rusia
“Pasar terbebani oleh surplus signifikan dalam persediaan bensin dan solar,” ujar Presiden Lipow Oil Associates, Andrew Lipow.
“Hal itu tercermin dalam margin kilang yang melemah," tambahnya.
Data Administrasi Informasi Energi Amerika Serikat (EIA) menunjukkan persediaan bensin meningkat 2,5 juta barel pada pekan sebelumnya, dengan stok distilat bertambah dalam jumlah serupa.
Sentimen pasar juga terpengaruh oleh prospek kesepakatan damai antara Rusia dan Ukraina. Hal tersebut berpotensi mengembalikan pasokan minyak dari Moskow.
Drone Ukraina baru-baru ini juga dilaporkan menyerang anjungan minyak dari Rusia di Laut Kaspia. Hal tersebut menyebabkan penghentian sementara operasi ekstraksi minyak dan gas di fasilitas tersebut.
Inggris, Prancis, Jerman dan Amerika Serikat mengadakan panggilan konferensi untuk membahas upaya terbaru dalam mendorong penyelesaian konflik dari Ukraina-Rusia.
Adapun, Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov buka suara terkait dengan kunjungan Utusan Amerika Serikat, Steve Witkoff ke Moskow. Ia mengatakan hal tersebut telah berhasil menyelesaikan sejumlah kesalahpahaman antara kedua negara.
Baca Juga: PGN Saka Raih Penghargaan Pilot Project Low Carbon Initiative dari SKK Migas
Lavrov juga menambahkan bahwa pihaknya telah menyerahkan proposal jaminan keamanan kolektif untuk Ukraina ke Washington.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Aldi Ginastiar
Advertisement