Kredit Foto: Antara/Muhammad Adimaja
Dolar Amerika Serikat (AS) melemah terhadap mata uang utama pada Selasa (16/12). Hal ini terjadi setelah rilis data ekonomi yang tertunda menunjukkan pertumbuhan lapangan kerja lebih kuat dari perkiraan di Negeri Paman Sam.
Dilansir dari Reuters, Rabu (17/12), Indeks Dolar (DXY) yang mengukur kekuatan greenback terhadap sekeranjang mata uang utama termasuk yen dan euro, turun 0,11% ke 98,15. Pelemahan ini menempatkan dolar di jalur penurunan untuk sesi kedua berturut-turut.
Baca Juga: Lebih Praktis, Stablecoin Bisa Jadi Alternatif Investasi Dolar AS?
Data terbaru menunjukkan adanya penambahan lapangan kerja sebesar 64.000 di November. Laporan ketenagakerjaan tersebut sempat tertunda akibat penutupan sementara pemerintah federal. Data tersebut juga memperkuat pandangan bahwa bank sentral kemungkinan akan bersikap lebih hati-hati dalam melanjutkan pemangkasan suku bunga dalam waktu dekat.
“Datanya campuran. Ada beberapa sinyal positif dari sisi perekrutan dan hasilnya sedikit lebih baik dari perkiraan, tetapi tidak terlalu signifikan,” kata Ahli Strategi Valuta Asing dan Makro BNY, John Velis.
Velis menambahkan bahwa tingkat pengangguran naik menjadi 4,6%. Hal tersebut berpotensi menarik perhatian pembuat kebijakan darii Federal Reserve (The Fed).
“Itu bisa membuat alis The Fed terangkat pada Januari,” ujarnya.
Investor saat ini memproyeksikan probabilitas pemangkasan suku bunga pada awal tahun depan sebesar 75,6%.
Velis juga menyoroti bahwa sebagian besar lapangan kerja baru tercipta di sektor non-siklikal seperti layanan kesehatan. Hal ini mengindikasikan bahwa aktivitas ekonomi siklikal belum menunjukkan percepatan yang berarti.
“Angka utama terlihat cukup baik, tetapi isi detail datanya tidak terlalu kuat. Karena itu pasar menilainya sebagai hasil yang netral,” katanya.
Baca Juga: ETF Bitcoin dan Ether Spot Ditinggalkan Investor Gegara Jatuhnya Harga BTC
Pergerakan dolar selanjutnya diperkirakan akan sangat bergantung pada data ekonomi lanjutan dan sinyal kebijakan moneter dari bank sentral menjelang awal 2026.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Aldi Ginastiar
Tag Terkait:
Advertisement