Kredit Foto: Uswah Hasanah
PT Superbank Indonesia Tbk (SUPA) menegaskan setelah Superbank resmi melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI), fokus strategi bisnis pasca pencatatan saham perdana dengan memperdalam kerja sama dalam ekosistem digital Grab, OVO, dan Emtek.
Presiden Direktur Superbank Tigor Siahaan mengatakan, pencatatan saham perdana atau IPO bukan menjadi momentum untuk mengubah arah bisnis, melainkan memperkuat penetrasi layanan perbankan digital yang telah terintegrasi dengan mitra strategis.
“Listing hari ini adalah permulaan bagaimana kami melantai di bursa. Ke depan, fokus kami adalah melanjutkan penetrasi di ekosistem yang sudah ada karena masih banyak potensi yang belum tergarap,” ujar Tigor dalam konferensi pers usai IPO di Jakarta, Rabu, (17/12/2025).
Baca Juga: Mengintip Kinerja Superbank Usai Listing di Bursa
Menurut Tigor, Superbank masih memiliki ruang pertumbuhan yang luas di dalam ekosistem Grab, OVO, dan Emtek. Integrasi layanan perbankan secara native di aplikasi mitra dinilai menjadi kunci untuk meningkatkan jumlah nasabah dan aktivitas transaksi.
Ia mencontohkan fitur OVO Nabung sebagai implementasi konkret strategi tersebut. Melalui fitur ini, pengguna OVO dapat menjadi nasabah Superbank hanya dalam beberapa langkah tanpa harus keluar dari aplikasi. Pendekatan tersebut dinilai mampu menekan biaya akuisisi sekaligus meningkatkan engagement pengguna.
“Fokus kami adalah menjadi native di dalam rumah ekosistem tersebut. Nasabah bisa langsung mengakses layanan Superbank dari platform yang sudah mereka gunakan sehari-hari,” kata Tigor.
Baca Juga: Kantongi Dana Segar Rp2,79 Triliun dari IPO, Superbank Bakal Perkuat Kredit dan Teknologi Digital
Manajemen memandang pendalaman ekosistem sebagai low hanging fruit yang paling efisien untuk dieksekusi pasca-IPO. Selain memiliki basis pengguna yang besar, ekosistem mitra juga memberikan keunggulan dari sisi data dan pemahaman perilaku transaksi nasabah.
Dalam kerangka tersebut, Superbank menargetkan pertumbuhan yang lebih solid pada 2026 melalui optimalisasi sinergi dengan mitra ekosistem. Namun, perseroan belum memprioritaskan langkah ekspansi besar atau aksi korporasi seperti akuisisi di luar ekosistem yang telah ada.
“Kami melihat peluang pertumbuhan masih sangat besar di dalam ekosistem kami sendiri. Karena itu, fokus utama ke depan adalah eksekusi, bukan ekspansi yang terlalu agresif,” ujar Tigor.
Strategi tersebut sejalan dengan pandangan manajemen mengenai rendahnya tingkat penetrasi bank digital di Indonesia. Tigor mencatat, pangsa pasar bank digital secara nasional masih berada di kisaran satu persen dari total industri perbankan, sehingga ruang pertumbuhan dinilai masih terbuka lebar.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Uswah Hasanah
Editor: Annisa Nurfitri
Tag Terkait:
Advertisement