WE Online, Jakarta - Berdasarkan survei yang dilakukan JobStreet.com ke 3.500 responden pada bulan Desember 2015, diketahui sebanyak 65,8% responden yang terdiri dari generasi Y memilih untuk meninggalkan sebuah perusahaan setelah bekerja selama 12 bulan.
Faktor apa saja yang membuat mereka memilih untuk pindah bekerja? PR & Social Media Senior Executives JobStreet.com Hamzah Ramadhan menjelaskan sedikitnya terdapat tiga penyebab generasi Y mudah sekali pindah bekerja.
Tidak Bahagia
Saat sudah tidak bahagia di tempat bekerjanya, satu dari lima responden menjadikan alasan tersebut untuk pindah bekerja. Merealisasikan sebuah ide serta merasa didengar menjadi hal yang penting bagi generasi Y untuk merasa betah.
"Sering kali perusahaan tidak menanggapi hal ini dengan serius. Menurut perusahaan, hal yang diutarakan oleh generasi Y seperti bentuk komunikasi yang birokratis atau memberikan kesan acuh pada bawahan seharusnya tidak dibantah," kata Hamzah di Jakarta, Selasa (22/12/2015).
Tunjangan yang Lebih Besar
Generasi Y mempertimbangkan faktor tunjangan kesehatan, uang transportasi, konsumsi, atau telekomunikasi untuk bertahan di satu perusahaan. Survei menyatakan hanya satu dari tiga dari responden merasa puas dengan tunjangan yang diterima.
"Apakah ini berarti generasi Y menjadikan tunjangan besar sebagai bentuk pertimbangan untuk bertahan di sebuah perusahaan? Jawabannya adalah tidak. Mereka merasa tidak puas karena adanya perbedaan antara ekspetasi bentuk tunjangan yang diterima dengan realita. Perusahaan merasa bahwa pekerja dari generasi Y tidak memiliki kompetensi yang sepadan untuk mendapatkan tunjangan yang diharapkan," terangnya.
Lingkungan yang Tidak Sesuai
Fleksibilitas dalam bekerja menjadi faktor yang penting bagi generasi Y untuk merasa betah di satu perusahaan. Hal-hal seperti kesempatan untuk menyelesaikan pekerjaan di luar kantor selama komunikasi tetap berjalan dengan keberadaan akses internet atau waktu masuk kantor yang bisa disesuaikan menjadi pilihan ideal bagi generasi Y karena mereka merasa memiliki kemampuan untuk mengatur kecepatan bekerjanya tanpa terikat pada banyak peraturan.
"Sayangnya, hanya satu dari tiga responden merasa hal ini sudah diimplementasikan di tempat bekerja. Dengan begitu, perusahaan bisa menjadikan informasi di atas sebagai acuan untuk lebih memperhatikan kesejahteraan lingkungan bekerja. Persepsi generasi Y yang tidak bisa diatur dan sering membangkang seharusnya dilihat sebagai kesempatan bagi perusahaan untuk memperkaya kinerja perusahaan dengan menggunakan ide segar," pungkasnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Cahyo Prayogo
Editor: Cahyo Prayogo
Tag Terkait:
Advertisement