WE Online, Medan - Masyarakat Indonesia dinilai masih gagal menyimpan dana untuk kebutuhan jangka panjang karena masih terfokus pada menabung di tabungan atau deposito.
"Masyarakat sudah harus menyadari perlunya investasi pada beragam fortopolio karena pada akhirnya setiap orang tetap membutuhkan perencanaan keuangan yang menyeluruh agar finansial dapat lebih terjamin dalam jangka panjang," ujar Presiden Direktur PT Manulife Aset Manajemen Indonesia, Legowo Kusumonegoro di Medan, Selasa (1/3/2016).
Menurut dia, investasi pada beragam fortopolio itu dinilai semakin mendesak karena hasil survei Manulife, lebih dari 70 persen, masyarakat atau investor tidak memiliki target dana simpanan.
Hasil survei juga menunjukkan bahwa masyarakat hanya fokus pada perencanaan keuangan dalam jangka pendek dan tidak memiliki strategi yang jelas untuk jangka panjang.
"Kondisi itu akan membahayakan stabilitas keuangan di masa depan masyarakat yang pada akhirnya akan membuat bangsa Indonesia masuk dalam katagori tidak sejahtera.Jadi memang perlu sosialisasi terus tentang pentingnya investasi," katanya.
Chief Agency. Officer PT Asuransi Jasa Manulife Indonesia, Rusli Chan menyebutkan, hasil survei yang juga menunjukkan bahwa lebih dari 53 persen masyarakat menghabiskan minimal 70 persen penghasilan setiap bulannya menambah kekhawatiran.
Dia menyebutkan, jika pengeluaran masyarakat masih terus bertambah lebih besar dari pendapatan setiap bulannya, maka bisa terlilit utang jangka panjang dan terkena dampak finasial serius di kemudian hari.
"Dengan meningkatnya angka harapan hidup masyarakat Indonesai secara signifikan dalam beberapa dekade terakhir, maka akan memprihatinkan jika persiapan dana pensiun tidak menjadi prioritas keuangan yang utama," katanya.
Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan Otoritas Jasa Keuangan,(OJK), Nelson Tampbulon, mengatakan, OJK memang sedang terus berupaya meningkatkan pemahaman masyarakat tentang industri jasa keuangan dimana di dalamnya juga soal investasi.
Pada sektor industri Keuangan Non Bank (IKNB) , OJK akan mengoptimalkan kapasitas dan peran IKNB seperti asuransi dan reasuransi, lembaga pembiayaan, dana pensiun, modal ventura serta lembaga keuangan khusus lainnya dalam mendukung pembiayaan.
OJK juga fokus pada upaya peningkatan jumlah emiten di pasar modal.
Dia mengakui, meski posisi NAB Reksadana xenderung naik di 2015 atau mencapai Rp272 triliun tetapi masih dinilai masih belum maksimal dengan potensi yang ada. (Ant)
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Vicky Fadil
Tag Terkait:
Advertisement