Saham-saham di Wall Street berakhir lebih rendah pada Kamis (Jumat pagi WIB, 24/3/2017), karena para pemimpin Partai Republik di DPR menunda pemungutan suara penting tentang Undang-undang Perawatan Kesehatan AS.
Indeks Dow Jones Industrial Average turun tipis 4,72 poin atau 0,02 persen menjadi ditutup pada 20.656,58 poin. Indeks S&P 500 kehilangan 2,49 poin atau 0,11 persen menjadi berakhir di 2.345,96 poin dan indeks komposit Nasdaq turun 3,95 poin atau 0,07 persen menjadi 5.817,69 poin.
DPR menunda pemungutan suara tentang pembatalan dan penggantian komponen dari Undang-Undang Perawatan Terjangkau, yang telah direncanakan pada Kamis (23/3), setelah para pemimpin Republik gagal menggalang dukungan yang cukup untuk meloloskan rancangan undang-undangnya, menurut CNBC.
Pemungutan suara tersebut sangat penting untuk agenda Presiden AS Donald Trump. Trump mengatakan pencabutan dan penggantian Obamacare harus dilakukan sebelum pengambilan tindakan pada rencana-rencana lainnya, termasuk pengurangan pajak besar.
Sementara itu, para pedagang juga terus memantau pidato Ketua Federal Reserve Janet Yellen pada Kamis (23/3) untuk petunjuk mengenai jumlah kenaikan suku bunga di masa mendatang.
Namun demikian, dia tidak membicarakan kebijakan moneter atau prospek ekonomi dalam sambutannya yang telah disiapkan.
Di sisi ekonomi, dalam pekan yang berakhir 18 Maret, angka pendahuluan untuk klaim awal pengangguran yang disesuaikan secara musiman mencapai 258.000, meningkat 15.000 dari level direvisi minggu sebelumnya, Departemen Tenaga Kerja AS mengumumkan Kamis (23/3).
Penjualan rumah baru keluarga tunggal AS pada Februari 2017 berada di tingkat tahunan yang disesuaikan secara musiman 592.000, mengalahkan konsensus pasar, kata Departemen Perdagangan, Kamis (23/3).
"Sementara pasokan rumah baru tetap kuat, persediaan 'existing homes' (rumah yang dijual kembali) terbatas, yang menjelaskan sebagian dari pasar perumahan, mungkin mempertahankan penjualan rumah baru di kisaran 500 ribu hingga 600 ribu sejak pertengahan 2015," kata Sophia Kearney-Lederman, seorang analis ekonomi di FTN Financial. (Ant)
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Sucipto
Tag Terkait: