Kenya menjadi negara pertama yang secara eksklusif menjual obligasi pemerintah untuk warganya melalui ponsel. Langkah ini merupakan upaya Pemerintah Kenya untuk mencari cara-cara baru dalam mengumpulkan uang. Negara ini sudah menjadi pelopor dalam penggunaan uang elektronik berbasis mobile.
Pemerintah mencari cara untuk memasuki jaringan yang memungkinkan pengguna ponsel untuk melakukan aktivitas perdagangan sekuritas pemerintah. Warga Kenya dapat membeli salah satu obligasi paling sedikit 3.000 shilling Kenya (US$30), kata bank sentral negara itu.
Penyedia utama transaksi mobile, M-Pesa, yang dalam bahasa Swahili berarti uang memiliki sekitar 20 juta pengguna.
Menteri Keuangan Henry Rotich mengatakan pemerintah awalnya membuat penawaran terbatas sebesar 150 juta shilling untuk menguji obligasi baru sebelum penawaran yang lebih besar pada bulan Juni. Kenya telah banyak meminjam dalam empat tahun terakhir untuk mendanai program pembangunan yang ambisius, termasuk jalan raya dan kereta api.
Obligasi, yang disebut M-Akiba, bisa dibeli oleh pengguna ponsel tanpa memerlukan rekening bank dan membayar bunga kira-kira 10 persen.
"Ini memberikan akses kepada setiap warga negara Kenya untuk memiliki surat berharga pemerintah," kata Aly Khan Satchu, seorang analis keuangan di Nairobi, seperti dikutip dari laman BBC di Jakarta, Minggu (26/3/2017).
Gubernur Bank Sentral Kenya, Patrick Njoroge, mengatakan obligasi akan "secara dramatis meningkatkan budaya tabungan rakyat kita".
Sementara, Ronak Gadhia, seorang analis di Exotix Partners, mengatakan ia yakin Kenya adalah negara pertama yang menerbitkan obligasi tersebut sebab tidak ada negara lain di dunia yang mengadopsi mobile banking sebanyak yang telah dilakukan Kenya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Gregor Samsa
Editor: Cahyo Prayogo