Menteri Luar Negeri RI Retno Marsudi mengatakan bahwa kaum perempuan merupakan faktor pendorong di balik kekuatan ekonomi yang dimiliki negara-negara anggota ASEAN.
"Perempuan adalah kekuatan besar di balik kesuksesan ASEAN sebagai salah satu kekuatan ekonomi terbesar di dunia, tetapi perempuan juga menghadapi banyak tantangan untuk terus memajukan kawasan," kata Menlu Retno Marsudi seperti dikutip dalam keterangan pers Kementerian Luar Negeri yang diterima di Jakarta, Senin (7/8/2017).
Pernyataan tersebut disampaikan Menlu RI pada pertemuan "ASEAN Women in Business Breakfast Meeting" yang dilaksanakan di sela-sela Pertemuan Menlu ASEAN di Manila, Filipina, 6 Agustus 2017.
"ASEAN Women in Business Breakfast Meeting" adalah pertemuan informal yang diselenggarakan di sela-sela kegiatan Pertemuan Menlu ASEAN di Manila dengan tuan rumah Menlu Australia, Julie Bishop dan Menlu Filipina, Alan Peter Cayetano.
Menlu Retno Marsudi yang hadir bersama Menlu Myanmar dan Vietnam serta beberapa pelaku bisnis wanita paling berpengaruh di Asia Tenggara menyampaikan paparan yang khusus menyoroti peran dan tantangan yang dihadapi perempuan di ASEAN selaku kontributor singifikan terhadap pertumbuhan ekonomi di kawasan.
"Populasi perempuan di kawasan ASEAN mencapai lebih dari separuh dari sekitar 600 juta penduduk ASEAN, selain itu perempuan juga menjadi pemilik dan pengelola sekitar 33 persen dari 66 persen UKM di empat negara-negara ASEAN," ujar dia.
Menlu RI menjelaskan besarnya peran perempuan dalam menjalankan roda perekonomian, khususnya untuk usaha kecil dan menengah (UKM) yang menjadi salah satu nadi perekonomian ASEAN.
ASEAN adalah kekuatan ekonomi ke-6 terbesar di dunia dan ke-3 terbesar di Asia. ASEAN juga mencatat nilai gabungan produk domestik bruto (PDB) yang mencapai 2,55 triliun dolar AS.
Pada 2015 kerja sama ekonomi antar negara ASEAN berada pada posisi paling stabil yaitu 24 persen dari total perdagangan barang.
Berbagai keberhasilan tersebut, menurut Retno, dapat dicapai bukan tanpa tantangan, dan masih banyak permasalah yang dihadapi perempuan-perempuan di ASEAN.
"Kesenjangan pendapatan, banyaknya perempuan yang bekerja di sektor informal yang rentan eksploitasi, kesulitan mendapat akses modal dan informasi pasar bagi pelaku bisnis perempuan adalah sebagian dari tantangan yang dihadapi," ujar dia.
Untuk itu, Menlu Retno menekankan bahwa berbagai tantangan tersebut memerlukan kerja sama antara negara-negara ASEAN untuk mencari jalan keluar terbaik. (Ant)
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Vicky Fadil