Pengungsi Gunung Agung asal Desa Sebudi, Kabupaten Karangsem, Bali, menyatakan tidak ingin menjual sapi yang diternak sebagai andalan nafkah, baik kepada pemerintah daerah maupun swasta.
"Saya tidak ingin ternak itu dijual. Saya selama ini hanya bergantung hidup dari sana karena tidak memiliki pekerjaan lain," kata Ketut Pice (50), salah satu pengungsi di Kabupaten Klungkung, Sabtu (30/9/2017).
Pascapeningkatan aktivitas Gunung Agung, empat ternak berada di rumahnya dan ia tiap hari pulang pergi guna memberi pakan dengan menempuh perjalanan puluhan kilometer.
Pice menceritakan bahwa tidak memiliki pekerjaan lain selain beternak. "Kadang sehari-hari bekerja serabutan. Tapi tidak tentu kadang ada, kadang-kadang tidak," tutur dia Di pengungsian, dia bersama keluarga menggantungkan hidup dari bantuan sukarela yang telah dikumpulkan di posko utama di Klungkung di GOR Swecapura.
Bukan hanya harus memperhatikan keluarga, tetapi juga harus merawat ibunya yang sedang dirawat di RSUD Klungkung.
"Ibu saya sudah tua. Umurnya 80 lebih dan sekarang sakitnya kambuh. "Bersyukur ditampung di pengungsian. Kami dapat makan cukup dan tidak kekurangan suatu apapun," katanya.
Lain lagi dengan Nyoman Merta (45) yang mengaku terpaksa menjual ternak miliknya ketika peningkatan status Gunung Agung dari waspada ke awas yang menimbulkan kepanikan luar biasa ketika itu.
"Saya punya empat ekor dan semua sudah dijual. Tidak ada tersisa. Saya menjual dengan harga Rp5 juta untuk satu ekor. Padahal harga pasar saat ini mencapai Rp11 juta. Mau buat bagaimana lagi karena sudah keadaan seperti ini," terangnya.
Merta mengaku saat ini hanya menggantungkan hidup dari bantuan para relawan dan pemerintah untuk menghidupi kebutuhan makan dan hidup. Uang hasil penjualan sapi disimpan untuk berjaga-jaga seandainya diperlukan dalam situasi mendadak.
"Uang rencana saya tabungkan saya. Sekarang masih disimpan. Hanya itu harta kami satu-satunya," terangnya.
Sebelumnya, Bupati Karangasem, Mas Sumatri sempat menjamin bahwa ternak para pengungsi tidak akan dijual dan akan dititipkan di sejumlah lahan pemerintah dan warga di wilayah Karangasem.
Bupati Mas berpendapat bahwa jika sapi dijual akan memutus pekerjaan masyarakat yang sebagian besar menggantungkan hidup dari sektor peternakan dan pertanian. Tercatat jumlah ternak mencapai 18 ribu ekor yang saat ini dipelihara di lokasi penampungan, meskipun masih banyak berada di rumah masing-masing pengungsi. (RKA/Ant)
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Rizka Kasila Ariyanthi
Tag Terkait: