Mantan Menteri Keuangan Chatib Basri mengingatkan ekonomi Indonesia tidak cukup jika hanya tumbuh stagnan di kisaran lima persen karena akan menimbulkan beban fiskal, setelah berkurangnya produktivitas masyarakat dan masih rendahnya pendapatan per kapita. Hal itu ditegaskan Chatib dalam sebuah paparan ekonomi di Jakarta, Selasa, mengatakan gejala stagnasi pertumbuhan ekonomi lima persen itu bisa menimbulkan fenomena "tua sebelum kaya".
Fenomena tersebut menggambarkan beban anggaran negara yang bertambah karena populasi penduduk dengan usia yang tak lagi produktif, lebih banyak dibanding penduduk usia produktif. Chatib memperkirakan fenomena itu bisa terjadi di 2050 ketika negara harus mengucurkan anggaran untuk jaminan kesehatan bagi banyaknya penduduk usia tua. Anggaran tersebut tentunya harus dibiayai dengan penerimaan negara yang memadai.
"Kalau tua sebelum kaya, beban negara dengan aging population?yang sudah berhenti kerja jadi enggak bayar pajak dan masih hidup, butuh kesehatan dari Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan. Harus ada beban fiskal yang besar," tutur Chatib.
Pengajar di Univeristas Indonesia itu menyebutkan fenomena serupa juga bisa dialami oleh Jepang, Korea Selatan, dan juga Australia. Namun, tiga negara tersebut memiliki bekal yang memadai karena pendapatan per kapita penduduknya mencapai 40 ribu dolar AS per tahun.?Jika pertumbuhan ekonomi Indonesia rata-rata lima persen, maka pada 2050 pendapatan per kapita Indonesia hanya ada di kisaran 20 ribu dolar AS.
"Bedanya ketika masuk aging population income per kapitanya 40 ribu dolar AS. Indonesia di 2050 kalau lima persen pertumbuhannya baru 20 ribu dolar AS. Ini supaya pertumbuhannya dipercepat," ucap Chatib.
Pada 2016, ekonomi Indonesia hanya tumbuh 5,02 persen. Di tahun ini, pemerintah melihat ekonomi bisa tumbuh mencapai 5,2 persen.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Ferry Hidayat
Tag Terkait: