Perkembangan industri ritel secara makro yang kontribusinya sangat penting kepada perekonomian Indonesia sebagai pendukung utama konsumsi? masyarakat. Pasalnya 56% pertumbuhan perekonomian Indonesia disumbang oleh konsumsi penduduk Indonesia. Pasar ritel yang bertumbuh pesat, memberikan dampak positif pada stabilitas harga, nilai tambah, dan keuntungan bagi konsumen, pedagang, dan produsen.
Demikian diungkapkan oleh Yongki Susilo, Consumer Behavior Expert, Board Expert Aprindo dan Hippindo, pada talkshow bertema Industri Ritel Indonesia di Era Disrupsi, bersama Majalah Mix MarCom di Jakarta, Kamis (28/3/2019).
Menyadari perannya yang sangat strategis, Yongky menekankan pentingnya membangun ekosistem ritel yang berkelanjutan, terutama untuk menghadapi perubahan lansekap industri akibat disruption teknologi digital.
?Kita perlu membangun daya saing dan daya pikat terhadap persaingan dengan ritel regional dan global sehingga pada 2050 nanti kita bisa menjadi negara dengan perekonomian kelima terbesar dan pemain ritel yang berkontribusi signifikan,? katanya.
Baca Juga: Inovasi dan Transformasi Digital Jadi Jawaban Hadapi Tantangan Era Disrupsi Teknologi
Yongky juga menekankan pentingnya regulator membuat rambu-rambu untuk menciptakan ekosistem ritel yang sehat dan adil bagi seluruh pemangku kepentingan (konsumen, pedagang, dan produsen). Sehingga setiap format ritel, yaitu hipermarket, supermarket, minimarket, toko kelontong, warung, rombong rokok, dan tidak terkecuali ritel online, dapat berevolusi dan survive pada era disruption ini.
Menurut Yongky, model bisnis para peritel sangat menentukan daya adaptasi mereka untuk berevolusi menghadapi disruption. Model bisnis ritel adalah menjual untuk mencari untung. Dan untuk mencari untung diperlukan kreativitas untuk menawarkan kemudahan dan pemenuhan bagi emosi dan loyalitas konsumen. Bukan perang harga seperti yang marak digunakan peritel saat ini.
?Perang harga hanya akan membawa sengsara,? tegas Yongki.
Baca Juga: Persaingan Ketat, Pelaku E-Commerce Dituntut Inovatif
Sementara itu, Head of Corporate Communications & Public Affairs JD.ID mengatakan, dalam 1-2 tahun terakhir ini terjadi pergeseran perilaku konsumen di mana e-commerce (ritel online) menjadi katalisatornya. Di JD.ID disebut sebagai boundry-les retail yang berarti konsumen menginginkan pengalaman yang seem-less atau tidak membedakan antara online dan offline.
?Karena persinggungan antar platform ini pada hakikatnya adalah dilakukan untuk meningkatkan pengalaman si konsumen itu sendiri saat berbelanja,? katanya.
Teddy juga menekankan bahwa peran inovasi teknologi yang berorientasi pada konsumen (consumer-driven technology), menjadi salah satu kunci penting untuk menghadapi perkembangan industri ritel masa depan.
Baca Juga: Optimisme Masyarakat Terhadap Ekonomi Dongkrak Sektor E-Commerce
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Agus Aryanto
Editor: Kumairoh
Tag Terkait: