Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Pemerintah Mulai Selidiki Lonjakan Impor Evaporator

        Pemerintah Mulai Selidiki Lonjakan Impor Evaporator Kredit Foto: Antara/Aprillio Akbar
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Komite Pengamanan Perdagangan Indonesia (KPPI) menetapkan dimulainya penyelidikan tindakan pengamanan perdagangan (safeguards) atas lonjakan volum eimpor barang evaporator terhitung mulai tanggal 12 Juni 2019. Penyelidikan tersebut dilakukan berdasarkan atas permohonan PT. Fujisei Metal Indonesia pada 15 Mei 2019lalu selaku industri dalam negeri yang memproduksi barang evaporator.?

        ?Berdasarkan bukti awal pemohon, KPPI menemukan adanya lonjakan volume impor barang evaporator dan indikasi awal mengenai kerugian serius atau ancaman kerugian serius yang dialami industri dalam negeri,? ujar Ketua KPPI Mardjoko di Jakarta, Kamis (13/6/2019).

        Baca Juga: Ekspor Kembali Tekor Melawan Impor di April 2019

        Mardjoko menambahkan kerugian serius atau ancaman kerugian serius tersebut terlihat dari beberapa indikator kinerja industri dalam negeri selama periode empat tahun terakhir. Indikator tersebut antara lain meningkatnya kerugian, menurunnya volume produksi dan penjualan domestik, menurunnya kapasitas terpakai, berkurangnya jumlah tenaga kerja, serta menurunnya pangsa pasar industri dalam negeri di pasar domestik.

        Berdasarkan data Badan Pusat Statistik dalam empat tahun terakhir (2015?2018) volume impor barang evaporator terus meningkat dengan tren sebesar 8,56%. Volume impor selama empat tahun terakhir masing-masing sebesar 2.911 ton, 3.407 ton, 4.594 ton, dan 3.465 ton dengan rata-rata kenaikan sebesar 3.300 ton per tahun.

        Negara asal impor barang evaporator antara lain China, Thailand, Korea Selatan, dan Singapura. Impor barang evaporator terbesar berasal dari China dengan pangsa impor rata-rata per tahun sebesar 91,80%, diikuti Thailand 5,4%, Korea Selatan 1,20%, serta Singapura 1,18%.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Penulis: Boyke P. Siregar
        Editor: Kumairoh

        Bagikan Artikel: